Sabtu, 12 April 2014

Persiapan OPERA di Tenda Sekolah Darurat

Tenda sekolah Darurat

Adzan magrib sudah berkumandang saat kami mampir di Posko Pengungsian Gudang Jeruk di Surbakti. Anak-anak terlihat sedang menikmati lagu-lagu dangdut di TV, sedangkan tenda dipenuhi penyintas yang sedang bersiap istirahat. Menurut kepala Posko, disana tinggal 554 orang terdiri dari 223 Kepala Keluarga. Tersedia 4 jamban terpisah namun digunakan bersama antara laki-laki perempuan, anak dan dewasa. Ketika ditanyakan tentang bilik asmara, kepala Posko menyatakan bahwa para penyintas risi menggunakannya karena diluar adat istiadat mereka. hampir semua orang dewasa di posko tersebut mengandalkan bantuan karena lahan pertanian mereka tidak dapat digunakan pasca erupsi gunung Sinabung.




Setelah mengantarkan Wanti, kami menuju SKB Brastagi tempat tenda sekolah darurat dari UNICEF didirikan. Tumpukan school kit on the box masih teronggok rapi di rumah penjaga SKB. Satpol PP yang bertugas disana menyampaikan tentang perlengkapan sisa tenda darurat yang belum terpasang. Kemudian mengantar kami ke rumah Pak Markoni Sembiring, kepala SKB. Sungguh tak terbayangkan jika masyarakat sekitar bahkan pelayan publik tidak peduli bahkan terkesan menolak direpotkan oleh para penyintas anak yang terpaksa menumpang belajar di SMPN 2 Simpang Empat. Perlu waktu untuk cooling down untuk mencari titik temu. Akhirnya dengan sangat terpaksa, kami mengingatkan bahwa SKB ini juga milik publik karena dibawah Pemkab Karo. Akhirnya Pak Sembiring menyampaikan bahwa beliau siap hadir urun rembug di dinas pendidikan jika bu Kasidikmen sendiri yang menghubungi beliau melalui telpon. Duh!




Persiapan OPERA

Kami terlambat tiba di Dinas Pendidikan Kabanjahe untuk berkoordinasi dengan Kepala SMAN 1 Simpang Empat, Kepala SKB Brastagi dan Kasi Dikmen DIsdik Kabanjahe. Bu Sherlyin menerima kami dengan ramah. Ruapanya beliau berpengalaman menjadi guru BK dan merasa sangat bersyukur ada program penanganan psikososial untuk para penyintas anak ini. Kami menyampaikan beberapa hal terkait kegiatan pengembangan kapasitas yang dilaksanakan di 9 kelas dan koordinasi dengan Kepala sekolah, guru dan kepala SKB termasuk keterbatasan ruang belajar anak yang masih tinggal di Posko pengungsian. Bu Kasi DIkmen menandatangani Perjanjian Kerjasama yang sudah kami tandatangani bersama Kepala SMAN 1 SImpang Empat sebagai saksi. Beliau sangat berharap sekolah-sekolah lainnya di Kabanjahe juga dapat terinspirasi untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang membuat anak GeMBIRA di sekolah.

>

Rupanya ada Kepala SMAN Tiganderket juga yang turut hadir di Dinas Pendidikan. Kami berkoordinasi bersama beliau untuk menyelaraskan gagasan dan harapan terkait beberapa praktik baik yang disampaikan Arlian dan Bu Nia kepada penyintas anak di SMAN 1 Simpang Empat. Pak Manan Sembiring, Kepala SMAN Tiganderket menyampaikan perkembangan program dalam dampingan Dompet Dhufa. Beliau juga sangat antusias untuk mendapatkan pembinaan yang serupa agar anak-anak GeMBIRA di sekolah.
Jelang pukul 10, Pak Sembiring baru tiba dan bergabung dengan kami untuk menyepakati beberapa hal terkait penyelenggaraan sekolah darurat di SKB Brastagi yang dipimpinnya dan pelaksanaan OPERA di salah satu tenda pukul 10 nanti. Kami berbincang sebentar sebelum berangkat ke SKB Brastagi untuk memulai OPERA disana.






Terimakasih untuk Bu Nia, Kak Abdi dan Pak Ustadz Mail bersama-sama membantu menyiapkan tenda untuk pertemuan orangtua, murid dan guru. Saya bdibantu anak-anak menurunkan Dreams Board hasil anak-anak dan perlengkapan book of me. Rencananya OPERA di POMG ini akan menampilkan seluruh dreams board dan kemudian ditanggapi dengan sungguh-sungguh oleh para perwakilan anak, guru, orangtua, komite sekolah dan kepala sekolah dalam bentuk book of me. Penuh harap praktik baik hari ini meningkatkan pengetahuan, kebiasaan dan sikap saling menghargai dalam Mewujudkan Sekolah Ramah Anak di masa sebelum pemulihan pasca erupsi Gunung Sinabung.

Tidak ada komentar: