Minggu, 05 Mei 2013

Kembali menghadirkan anak dalam Diskusi Publik Penyusunan Monev Penanggulangan Bencana

Arlian sudah menunggu di lobby hotel bersama ayahnya saat saya tiba di Savoy Homan. Hari ini, saya bersama Arlian dan 20 rekan pegiat penanggulangan bencana di Jabar mengikuti undangan UPMP BNPB untuk memberikan masukan dan saran terhadap monitoring dan evaluasi penanggulangan bencana di Indonesia khususnya di Jawa Barat. Sebuah kehormatan bagi saya dapat merekomendasikan anak, kawula muda, guru, aktivis, dosen, peneliti dan perwakilan lembaga masyarakat termasuk forum PRB yang ada di Jawa Barat. Arlian direkomendasikan oleh Ibu Nia, guru pembimbing KIR dan Gerakan Siswa Bersatu di SMPN 11 Bandung untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Acara dimulai dengan perkenalan mengenai Unsur Pengarah Masyarakat Profesional BNPB sambil menunggu sahabat-sahabat dari Kabupaten Bandung. Ada 5 UPMP BNPB yang hadir bersama 2 staf khususnya. Tidak ada seorang perempuan pun yang menjadi anggota UPMP. Penjelasan yang gamblang lengkap dengan praktik-praktik baik yang bersesuaian memberikan pemahaman yang utuh mengenai UPMP BNPB dan tujuan dari kegiatan hari ini. Moderator yang juga salah seorang anggota UPMP mempersilakan kami untuk memperkenalkan diri. Seperti biasa, tiba giliran saya untuk memperkenalkan diri, agak rikuh karena kegiatan KerLiP dalam mendorong pemenuhan hak hidup bermartabat termasuk hak atas pendidikan dan perlindungan anak-anak bersifat multi sektor. Kepada sahabat-sahabat yang hadir saya sampaikan bahwa ciri khas KerLiP adalah selalu mengedepankan keempat prinsip hak anak, non diskriminasi, kepentingan terbaik anak selalu menjadi pertimbangan utama, hak anak atas kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya dan hak anak untuk didengar suaranya dan ditanggapi dengan sungguh-sungguh. Kapanpun dalam kegiatan apapun, kami berkomitmen untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif agar anak-anak dapat berpartisipasi dengan mengedepankan keemapat prinsip tersebut.

Ini yang kesekian kalinya menghadirkan Arlian sebagai perwakilan Gerakan Siswa Bersatu Menuju Sekolah Aman di SMPN 11 Bandung untuk menyampaikan sendiri pendapatnya mengenai topik yang sedang dibahas. Beningnya suara Arlian dibalut dengan kecerdasan dan kesantunannya berbicara selalu memukau saya juga semua yang hadir. Arlian menyampaikan tentang pentingnya monitoring dan evaluasi tentang pengurangan resiko bencana di pendidikan. Menurut Arlian, melalui upaya-upaya pengurangan resiko bencana sejak dini di pendidikan akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan tindakan menyelamatkan diri apabila terjadi bencana. Anak-anak juga dapat menjadi 'agent of change' dalam upaya penanggulangan bencana berbasis keluarga, sekolah dan komunitas. Arlian menuturkan tentang penggunaan wayang kardus sebagai media pendidikan alternatif untuk penanganan psikososial anak pada masa tanggap darurat.

Bukan hanya applause yang diterima Arlian, juga tanggapan sungguh-sungguh dari semua hadirin terutama UPMP BNPB. Bahkan secara khusus Mas Yono, unsur BNPB yang terlihat paling muda menyampaikan berbagai inspirasi dalam obrolan makan siang. Model kocokan arisan saat menentukan siapa yang menjadi korban dalam simulasi reguler di sekolah menjadi hal menarik untuk dibahas lebih jauh. Obrolan Pendidikan Ramah Anak (OPERA) informal pun kembali hadir menginspirasi saya untuk mengembangkan model-model YES at School yang dirintis Green Smile Inc. Pagi harinya, Bu Nia menyampaikan tentang OPERA 2 jam bersama Arlian untuk mempersiapkan kegiatan yang akan diajukan dalam Kidspreuneur Permata.

Terimakasih Arlian, Bu Nia, UPMP BNPB, dan sahabat-sahabat pegiat PRB di Jabar. Kita bertemu lagi tanggal 7 Mei untuk pemetaan capaian sekolah/madrasah aman dari bencana di Jawa Barat dalam upaya penguatan pelembagaan Forum PRB di Jabar.


Tidak ada komentar: