Selasa, 31 Mei 2011

Berbincang-bincang bersama Ibu-ibu Dago Jati

Pertemuan minggu ke – 4 dengan ibu-ibu di Dago jati. Pada pertemuan minggu ini hanya ada Ibu Fatma, karena Ibu Kokom sedang ada acara. Di tambah dengan Ibu Nia yang baru pindah ke rumah Ibu Fatma, karena suaminya baru saja meninggal sekitar 2 minggu yang lalu. Selama suaminya masih hidup Ibu Nia sudah terbiasa menggantungkan sepenuhnya kebutuhan ekonomi kepada suaminya yang bekerja sebagai tukang rongsokan. Setelah suaminya meninggal, Ibu Nia terpaksa harus mulai berjuang mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi 2 anaknya. Sebenarnya anaknya Bu Nia ini 3 orang. Tapi yang pertama laki-laki sudah turun ke jalan sejak lama, sejak bapaknya masih hidup pun anak tersebut sudah biasa hidup di jalan sampai berhari-hari tidak pulang. Bahkan sempat sampai berminggu-minggu tidak pulang karena terbawa kereta sampai ke jati negara, untung ada orang yang mengembalikan. Anak ini sudah disekolahkan oleh Bu Nia tapi hanya sampai kelas 3 saja, itu pun bolak balik keluar masuk sebab anak tersebut tidak mau sekolah lagi. Sudah bolak balik dimasukan ke sekolah juga keluar lagi tidak betah. Serupa dengan anak pertamanya Bu Fatma pun begitu. Ketika di Tanya alasannya, anak-anak tersebut menjawab malu karena sering diejek oleh teman-temannya karena mereka suka ngamen di jalanan. Akhirnya mereka pun bolak-balik meninggalkan sekolah dan kembali ke jalan. Kedua anak ini sekarang sudah bergabung dengan Teh Santi. Penghasilan mengamennya sepenuhnya dipakai sendiri, dia tidak pernah memberi pada ibunya. Bahkan penghasilan dari ngamennya sering dia gunakan untuk main game di internet. Memang mungkin penggunaan uang yang tidak tepat, tetapi ternyata ada juga hasil positifnya. Cerita ibunya anaknya tadinya sebenarnya belum bisa membaca, tetapi karena sering main game jadi dipaksa untuk bisa membaca.
Sementara ibu-ibu mereka Ibu Fatma dan Ibu Nia sekarang bekerja membantu memotong kentang pada seorang penjual kentang goreng. Pekerjaan ini hanya seminggu sekali saja. Ini merupakan pekerjaan baru Ibu Fatma dan Ibu Nia. Sedangkan sehari-harinya Ibu Fatma bekerja menjual bunga. Penghasilan dari menjaul bunga tidak tentu. Kalau sedang rame bisa mendapat Rp.100.000 bersih, kalau sepi paling Rp.50.000 atau Rp.20.000 atau bahkan kurang dari itu bila sedang sepi sekali. Penjualan bunga yang laris biasanya pada malam minggu atau pada hari-hari tertentu bila ada acara wisuda. Sedangkan penghasilan dari menjual kentang mereka mendapatkan kurang lebih Rp.50.000.
Pada minggu yang lalu Ibu Fatma dan Ibu Nia di beri PR untuk menuliskan kejadian yang menarik dalam satu minggu ini. Kejadian menarik yang diceritakan oleh Ibu Fatma yaitu mendapatkan pekerjaan baru memotong kentang itu, walaupun pekerjaan itu hanya satu minggu sekali. Tapi cukup lumayan untuk tambahan ekonomi keluarga, terutama untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
Ketiga ibu ini masing-masing memiliki anak usia dini. Anaknya Ibu kokom berusia 5 tahun, anaknya Ibu Fatma berusia 3 tahun, dan anaknya Ibu Nia berusia 4 tahun. Mereka ingin sekali anak-anaknya yang masih usia dini ini bisa sekolah. Tetapi biaya sekolah Paud di daerah Dago Jati ini sangat mahal. Biaya pendaftarannya saja Rp.300.000. Biaya yang sangat mahal buat meraka. Sementara ini mereka pun mencoba mengajar anak-anak mereka sendiri, semampu yang bisa mereka lakukan. Karena itu kami meminta ibu-ibu untuk menuliskan pengasuhan atau pendidikan apa yang menurut ibu-ibu sudah benar dilakukan dan diterapkan pada anak-anak mereka selama ini. Berikut catatan mereka:

Catatan Ibu Fatimah:
1. Pengen anak mandiri
2. Berpendidikan tinggi
3. Belajar jualan bunga
4. Disuruh mengaji
5. Walaupun dilunjak anak, ibu harus sabar
6. Tidak main pukul
7. Tidak main paksa
8. Berterima kasih bila diberi orang
9. Melindungi anak dari orang yang menghina
10. Harus jujur.


Catatan Ibu Nia:
Saya dalam mendidik anak:
1. Tidak berbohong
2. Tidak mencuri
3. Harus belajar sopan pada orang tua.
4. Kalau di kasih sesuatu sama orang harus berterima kasih
5. Harus belajar mengasihi sesama.

Dari cacatan tersebut masih belum tergambar bagaimana caranya atau apa yang ibu-ibu lakukan dalam mengasuh/mendidik anak agar anak tidak suka berbohong (misalnya). Untuk itu masih perlu berbincang-bincang lebih lanjut lagi bersama mereka. Dan kami menyiapkan referensi untuk menjawab seputar masalah ini.
Sementara ini dari pengamatan kami, anak-anak mereka memang masih perlu proses pengasuhan dan pengarahan yang pas, karena memang masih usia dini. Contoh kasus: seperti bila anaknya yang masih berusia dini ini marah kepada ibunya sebab di larang main pisau, anaknya menjadi marah dan melempar ibunya dengan sandal jepit. Anaknya yang sudah besar pun suka melawan dan mengeluarkan kata-kata kasar pada ibunya, mungkin karena pengaruh kebiasaan hidup di jalanan yang keras dan memang sudah terbiasa berbahasa seperti itu. Tetapi banyak juga hal yang sudah baik kami lihat pada anak-anak mereka. Seperti: pemberani. Ini juga mungkin yang ditirunya dari orang tuanya sebagai akibat dari tuntutan kehidupan mereka yang memang menuntut harus berani dan kuat dalam menghadapi kehidupan.

Narasi dari Fira Naya

2 komentar:

Anonim mengatakan...

keren-keren ;)

Yanti Kerlip mengatakan...

Alhamdulillah...senangnya Fira sudah jadi teman mengbrol yang asyik bagi ibu-ibu di Dago Jati...Ditunggu narasi@ lanjutannya plus foto ya...