Senin, 23 Juni 2008

Mengapa UN jadi pintu masuk?

Keluarga Indonesia,

Lebih dari 3 jam, saya bersama teman2 FGII bertandang ke rumah Budiman di Percetakan Negara. Rupanya anggapan bahwa guru adalah perpanjangan tangan rezim begitu melekat di benak antivis sehingga agak sulit memahami ada kelompok guru independen seperti FGII sebagai morganisasi penggiat demokrasi di Indonesia. Lebih rumit lagi memahami mengapa UN menjadi pintu masuk untuk gerakan demokratisasi pendidikan. Kegelisahan tentang beban belajar di SD dan hasrat untuk memperbaiki kurikulum mulai di tingkat SD menjadi wacana yang menarik.
Beberapa agenda bersama pun diusung untuk memperkuat partisipasi guru dan organisasi guru dalam demokrasi di Indonesia. Secara internal FGII membahas agenda tersebut dengan komitmen untuk konsolidasi organisasi.

Setiba di rumah, masuk sms dari Ketua Umum DPP FGII bahwa sejak 1960 Serikat Guru Jepang menjagi motor gerakan mengkritisi kebijakan UN di Jepang. Gerakan ini diususng bersama masyarakat akar rumput. Hasilnya 1969 UN dihapuskan dari Sistem Pendidikan di Jepang. Kita bisa saksikan pesatnya kemajuan pendidikan yang berdampak langsung pada kemajuan pembangunan di Jepang.

Hari ini, Divisi Pendidikan di Kedubes Finlandia menerima Education Forum. Seperti yang sering terdengar, sistem pendidikan di Finlandia menghasilkan anak-anak terbaik. Di sana anak-anak tidak dibebani UN. Ada sistem evaluasi lain yang sudah dikembangkan sejak 1970. Pertanyaannya adalah, bagaimana sistem evaluasi yang memerdekakan anak bisa dilaksanakan di Indonesia?

Education Forum terus fokus melaksanakan advokasi terhadap kebijakan UN untuk mendorong gerakan perbaikan pendidikan

Tidak ada komentar: