Pertemuan minggu ke – 4 dengan ibu-ibu di Dago jati. Pada pertemuan minggu ini hanya ada Ibu Fatma, karena Ibu Kokom sedang ada acara. Di tambah dengan Ibu Nia yang baru pindah ke rumah Ibu Fatma, karena suaminya baru saja meninggal sekitar 2 minggu yang lalu. Selama suaminya masih hidup Ibu Nia sudah terbiasa menggantungkan sepenuhnya kebutuhan ekonomi kepada suaminya yang bekerja sebagai tukang rongsokan. Setelah suaminya meninggal, Ibu Nia terpaksa harus mulai berjuang mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi 2 anaknya. Sebenarnya anaknya Bu Nia ini 3 orang. Tapi yang pertama laki-laki sudah turun ke jalan sejak lama, sejak bapaknya masih hidup pun anak tersebut sudah biasa hidup di jalan sampai berhari-hari tidak pulang. Bahkan sempat sampai berminggu-minggu tidak pulang karena terbawa kereta sampai ke jati negara, untung ada orang yang mengembalikan. Anak ini sudah disekolahkan oleh Bu Nia tapi hanya sampai kelas 3 saja, itu pun bolak balik keluar masuk sebab anak tersebut tidak mau sekolah lagi. Sudah bolak balik dimasukan ke sekolah juga keluar lagi tidak betah. Serupa dengan anak pertamanya Bu Fatma pun begitu. Ketika di Tanya alasannya, anak-anak tersebut menjawab malu karena sering diejek oleh teman-temannya karena mereka suka ngamen di jalanan. Akhirnya mereka pun bolak-balik meninggalkan sekolah dan kembali ke jalan. Kedua anak ini sekarang sudah bergabung dengan Teh Santi. Penghasilan mengamennya sepenuhnya dipakai sendiri, dia tidak pernah memberi pada ibunya. Bahkan penghasilan dari ngamennya sering dia gunakan untuk main game di internet. Memang mungkin penggunaan uang yang tidak tepat, tetapi ternyata ada juga hasil positifnya. Cerita ibunya anaknya tadinya sebenarnya belum bisa membaca, tetapi karena sering main game jadi dipaksa untuk bisa membaca.
Sementara ibu-ibu mereka Ibu Fatma dan Ibu Nia sekarang bekerja membantu memotong kentang pada seorang penjual kentang goreng. Pekerjaan ini hanya seminggu sekali saja. Ini merupakan pekerjaan baru Ibu Fatma dan Ibu Nia. Sedangkan sehari-harinya Ibu Fatma bekerja menjual bunga. Penghasilan dari menjaul bunga tidak tentu. Kalau sedang rame bisa mendapat Rp.100.000 bersih, kalau sepi paling Rp.50.000 atau Rp.20.000 atau bahkan kurang dari itu bila sedang sepi sekali. Penjualan bunga yang laris biasanya pada malam minggu atau pada hari-hari tertentu bila ada acara wisuda. Sedangkan penghasilan dari menjual kentang mereka mendapatkan kurang lebih Rp.50.000.
Pada minggu yang lalu Ibu Fatma dan Ibu Nia di beri PR untuk menuliskan kejadian yang menarik dalam satu minggu ini. Kejadian menarik yang diceritakan oleh Ibu Fatma yaitu mendapatkan pekerjaan baru memotong kentang itu, walaupun pekerjaan itu hanya satu minggu sekali. Tapi cukup lumayan untuk tambahan ekonomi keluarga, terutama untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
Ketiga ibu ini masing-masing memiliki anak usia dini. Anaknya Ibu kokom berusia 5 tahun, anaknya Ibu Fatma berusia 3 tahun, dan anaknya Ibu Nia berusia 4 tahun. Mereka ingin sekali anak-anaknya yang masih usia dini ini bisa sekolah. Tetapi biaya sekolah Paud di daerah Dago Jati ini sangat mahal. Biaya pendaftarannya saja Rp.300.000. Biaya yang sangat mahal buat meraka. Sementara ini mereka pun mencoba mengajar anak-anak mereka sendiri, semampu yang bisa mereka lakukan. Karena itu kami meminta ibu-ibu untuk menuliskan pengasuhan atau pendidikan apa yang menurut ibu-ibu sudah benar dilakukan dan diterapkan pada anak-anak mereka selama ini. Berikut catatan mereka:
Catatan Ibu Fatimah:
1. Pengen anak mandiri
2. Berpendidikan tinggi
3. Belajar jualan bunga
4. Disuruh mengaji
5. Walaupun dilunjak anak, ibu harus sabar
6. Tidak main pukul
7. Tidak main paksa
8. Berterima kasih bila diberi orang
9. Melindungi anak dari orang yang menghina
10. Harus jujur.
Catatan Ibu Nia:
Saya dalam mendidik anak:
1. Tidak berbohong
2. Tidak mencuri
3. Harus belajar sopan pada orang tua.
4. Kalau di kasih sesuatu sama orang harus berterima kasih
5. Harus belajar mengasihi sesama.
Dari cacatan tersebut masih belum tergambar bagaimana caranya atau apa yang ibu-ibu lakukan dalam mengasuh/mendidik anak agar anak tidak suka berbohong (misalnya). Untuk itu masih perlu berbincang-bincang lebih lanjut lagi bersama mereka. Dan kami menyiapkan referensi untuk menjawab seputar masalah ini.
Sementara ini dari pengamatan kami, anak-anak mereka memang masih perlu proses pengasuhan dan pengarahan yang pas, karena memang masih usia dini. Contoh kasus: seperti bila anaknya yang masih berusia dini ini marah kepada ibunya sebab di larang main pisau, anaknya menjadi marah dan melempar ibunya dengan sandal jepit. Anaknya yang sudah besar pun suka melawan dan mengeluarkan kata-kata kasar pada ibunya, mungkin karena pengaruh kebiasaan hidup di jalanan yang keras dan memang sudah terbiasa berbahasa seperti itu. Tetapi banyak juga hal yang sudah baik kami lihat pada anak-anak mereka. Seperti: pemberani. Ini juga mungkin yang ditirunya dari orang tuanya sebagai akibat dari tuntutan kehidupan mereka yang memang menuntut harus berani dan kuat dalam menghadapi kehidupan.
Narasi dari Fira Naya
Selasa, 31 Mei 2011
Senin, 30 Mei 2011
Catatan evaluasi Divisi Kampanye dan Advokasi
Oleh Intan Slipilia
Kegiatan : Press Conference Kampanye 20 Menit yang Memukau
Tempat : Library at Mall of Bandung Indah Plaza Lantai 2Waktu : 09.30 s.d 11.30 WIB
Evaluasi Kegiatan :
1. Pers : beberapa undangan dari media cetak sudah dihubungi, namun undangan yang datang hanya dari Tribun Jabar, Republika, Galamedia, dan Pikiran Rakyat. Hal ini boleh jadi dikarenakan ketiadaan konfirmasi kepada media atau karena isu yang disampaikan kurang mendapat respon positif dari kalangan media.Sebaiknya kegiatan yang akan datang pers lebih dipersiapkan dan konfirmasi kehadiran dari tiap media cetak sebelum hari H..
2. List Kebutuhan yang terlupakan : persiapan beberapa peralatan terkesan mendadak, sehingga menciptakan sedikit kesemrawutan pelaksanaan kegiatan.
3. Job Description on the Spot : pembagian tugas saat pelaksanaan kurang jelas, tidak dibagi sebelumnya, hhe :)
(Catatan evaluasi Divisi Kampanye dan Advokasi)
Kegiatan : Press Conference Kampanye 20 Menit yang Memukau
Tempat : Library at Mall of Bandung Indah Plaza Lantai 2Waktu : 09.30 s.d 11.30 WIB
Evaluasi Kegiatan :
1. Pers : beberapa undangan dari media cetak sudah dihubungi, namun undangan yang datang hanya dari Tribun Jabar, Republika, Galamedia, dan Pikiran Rakyat. Hal ini boleh jadi dikarenakan ketiadaan konfirmasi kepada media atau karena isu yang disampaikan kurang mendapat respon positif dari kalangan media.Sebaiknya kegiatan yang akan datang pers lebih dipersiapkan dan konfirmasi kehadiran dari tiap media cetak sebelum hari H..
2. List Kebutuhan yang terlupakan : persiapan beberapa peralatan terkesan mendadak, sehingga menciptakan sedikit kesemrawutan pelaksanaan kegiatan.
3. Job Description on the Spot : pembagian tugas saat pelaksanaan kurang jelas, tidak dibagi sebelumnya, hhe :)
(Catatan evaluasi Divisi Kampanye dan Advokasi)
Catatan Proses Konferensi PERS
Ok2 mulai dari rapat hari kamis (19 mei 2011) ya. Karena hari itu ijul dserahkan tanggungjawab utk ngurus advokasi. Ijul mengundang tmen2 utk hadir di kanayakan utk diskusi ttg workplan dan pembagian tanggung jawab. Setelah slesai dengan workplan dan tanggungjawab tim advokasi membahas rencana konferensi pers. Maka ditawarkanlah kepada tman2 disitu ada Dian, Intan, Fina, Rani, untuk belajar merencanakan dan membuat konferensi pers. Dengan semangat teman2 mengatakan bahwa mereka ingin belajar untuk membuat kegiatan konferensi pers. Ok. Pada hari itu, krn sudah magrib, kita hanya menyepakati waktu konferensi pers nya saja yaitu hari Jumat(27 mei 2011). Tempatnya blm dsepakati, zamzam mengusulkan di togamas buahbatu, ova ngusulin di darulhikam, Ijul ngusulin di TBM. Kita juga menyepakati hari senin(23 mei 2011) kita akan ngumpul buat bikin perencaanaan dan mulai menghubungi pers.
Mulai dengan perencanan apa saja yang harus dilakukan didentifikasi. Memutuskan tanggal brp, jam, agendanya apa saja. Memutuskan siapa saja yang dilibatkan.
Pada hari senin (23 Mei 2011) kita mengumpulkan no2 kontak wartawan. Oh iya no kontak wartawan didapatkan dari Zamzam, ova, Pak Iwan, dan dari Teh Novi, dan Bu Yanti. Dari ova cm ada no kontak Teh Rini Galamedia dan Teh Nur PR, dari zamzam dan pak iwan dapat melengkapi. Pak Iwan juga bantu sms kan wartawan. Dari teh novi ada no kontak Bandung Ekspress. Ibu yanti juga menambahkan no kontak wartwan cetak, radio, dan tv. Sisanya dicari oleh Fina dan Intan melalui internet. Fina dan Intan mencari no telp redaksi pusatnya dulu trus di telpon oleh mereka untuk menanyakan no fax dan telp redaksi yang di Bandung/Jabar. Setelah dapat semua tinggal di fax deh.
Hari selasa/rabu ada usulan dari ibu mengenai agenda keg pada saat konferensi pers. Ada mendongengnya juga kt ibu dari Bapak2 muda. Om ipin diminta tp gbs. Ibu yanti juga menambahkan no kontak wartwan cetak, radio, dan tv kepada Ijul. Langsung oleh ijul, fina, intan, dan galuh ditindaklanjuti utk ditelpon dan di fax atau di sms. Zamzam bantu kontak HIMPAUDI Jabar (Bunda Anna).
Intan ngajuin Kang Idzma dari kidzsmile foundation ada saat rapat hari selasa/rabu ya? Skalian teman2 ngirim fax ke wartawan. Yang bikin suratnya siapa ya?bagaimana tahu no2 wartwan dan no fax kantor redaksi?
Hari Rabu klo ga salah intan menguhubungi kang Idzma dari Kidzsmile ya???
Hari rabu(25 mei 2011) malam galuh datang k kanayakan utk ngprint pamflet, pers rilis, dan surat undangan buat TP PKK Jabar. Galuh akan mengantarkan besok ke TP PKK dan menguhubungi HIMPAUDI. Trus apalagi yg sudah dilakukan?
Trus hari kamis(26 mei 2011) kan kita ke Jakarta, apa yang sudah dilakukan Galuh dan Intan sbg persiapan konferensi pers?cerita ya…
Mulai dengan perencanan apa saja yang harus dilakukan didentifikasi. Memutuskan tanggal brp, jam, agendanya apa saja. Memutuskan siapa saja yang dilibatkan.
Pada hari senin (23 Mei 2011) kita mengumpulkan no2 kontak wartawan. Oh iya no kontak wartawan didapatkan dari Zamzam, ova, Pak Iwan, dan dari Teh Novi, dan Bu Yanti. Dari ova cm ada no kontak Teh Rini Galamedia dan Teh Nur PR, dari zamzam dan pak iwan dapat melengkapi. Pak Iwan juga bantu sms kan wartawan. Dari teh novi ada no kontak Bandung Ekspress. Ibu yanti juga menambahkan no kontak wartwan cetak, radio, dan tv. Sisanya dicari oleh Fina dan Intan melalui internet. Fina dan Intan mencari no telp redaksi pusatnya dulu trus di telpon oleh mereka untuk menanyakan no fax dan telp redaksi yang di Bandung/Jabar. Setelah dapat semua tinggal di fax deh.
Hari selasa/rabu ada usulan dari ibu mengenai agenda keg pada saat konferensi pers. Ada mendongengnya juga kt ibu dari Bapak2 muda. Om ipin diminta tp gbs. Ibu yanti juga menambahkan no kontak wartwan cetak, radio, dan tv kepada Ijul. Langsung oleh ijul, fina, intan, dan galuh ditindaklanjuti utk ditelpon dan di fax atau di sms. Zamzam bantu kontak HIMPAUDI Jabar (Bunda Anna).
Intan ngajuin Kang Idzma dari kidzsmile foundation ada saat rapat hari selasa/rabu ya? Skalian teman2 ngirim fax ke wartawan. Yang bikin suratnya siapa ya?bagaimana tahu no2 wartwan dan no fax kantor redaksi?
Hari Rabu klo ga salah intan menguhubungi kang Idzma dari Kidzsmile ya???
Hari rabu(25 mei 2011) malam galuh datang k kanayakan utk ngprint pamflet, pers rilis, dan surat undangan buat TP PKK Jabar. Galuh akan mengantarkan besok ke TP PKK dan menguhubungi HIMPAUDI. Trus apalagi yg sudah dilakukan?
Trus hari kamis(26 mei 2011) kan kita ke Jakarta, apa yang sudah dilakukan Galuh dan Intan sbg persiapan konferensi pers?cerita ya…
Sabtu, 28 Mei 2011
Konferensi Pers 20 menit yang memukau : wahana pendidikan karakter Menuju Keluarga Idaman, di Bandung, 26 Mei 2011
27 Mei 2011
Jam di dinding Ruang 17 menunjukkan pukul 10.50. Helaan nafas lembut adik ipar yang terbaring lemah di sebelahku dengan infus terpasang di punggung tangan kanannya diiringi bisikan halus keluarga pasien lainnya menjadi alunan nada jelang siang di akhir pekan.
Kemarin, ditengah kegelisahan menunggu saat-saat menentukan dalam kehadiran putra pertama adik bungsuku, kusempatkan hadir dalam konferensi pers yang disiapkan Izoel dan relawan kampanye advokasi KerLiP dan mitra.
Pukul 9.30 BIP Library at mall yang dikembangkan Yayasan Edukasia dengan dana Kemdiknas LIPPO group dan BIP masih terlihat gelap. Bahkan satpam di gerbang BIP berkali-kali meyakinkanku jika di gedung ini tak ada perpustakaan.
Hal ini dapat dimengerti mengungat Taman Bacaan Masyarakat yg dirintis sejak 2010 ini sempat berpindah tempat.
Puput, Fina dan relawan 1 lagi menyusulku dengan membawa fotokopi pers release dan pamflet. Izoel dan Galuh hadir setelah Bu Lilis tiba dengan membawa anak-anak Paud Anggrek binaan Edukasia, orang tua dan pendidiknya.
Sambil menunggu Izoel mencari LCD ke Cicadas, kuedit workplan kampanye dan advokasi dg Puput.
Kak Idzma pun hadir bersama istri dan anaknya untuk mendongeng di hadapan anak-anak.
Bunda Anna, ketua Himpaudi Jabar yang diundang Zamzam hadir sepintas karena harus takziah. Anak-anak sempat difoto saat bersalaman dg Bunda Anna.
Bu Lenny sbg perwakilan Biro Bangsos hadir tak lama setelah bunda Anna pulang.
Saya menemani Bu Lenny menggali lebih jauh mengenai Sekolah Aman.
Wartawan pun mulai berdatangan.
Anak-anak terlihat antusias mendengarkan Kak Idzma dari Kidzsmile mendongeng ragam binatang, saat Bu Lenny dan aku asyik mendiskusikan upaya PRB di Jabar.
Tak lama setelah Bu Leny pulang, beberapa wartawan yang selalu setia meliput ragam kegiatan KerLiP sudah hadir. Acara konferensi pers pun dibuka Izoel.
Proposal sponsorship yg disusun Lovely, aku dan Ova menjadi bahan presentasi pengganti bahan baru yg belum tiba.
Konferensi Pers Kampanye 20 Menit yang Memukau menuju keluarga indah, damai dan aman di Jabar jauh lebih menarik dibanding yang dikemas di Jakarta. Kali ini mulai dengan melibatkan anak usia dini untuk mengungkap asyiknya mendengarkan ayah mendongeng.
Dani, Andika dan 1 lagi anak perempuan yang unjuk jari saat ditanya siapa yg suka didongengi ayah, menjadi perwakilan anak dalam tanya jawab yg secara spontan dilakukan. Tepuk tangan hadirin untuk setiap anak yang tampil menambah ramainya suasana.
Berkali-kali kuajak ibu-ibu, bapak-bapak dan para relawan untuk berkomitmen mengajak bapak-bapak, laki-laki menyempatkan 20 menit yang memukau dengan dongeng yang indah, damai dan aman bagi tumbuh kembang dan perlindungan anak.
Anak-anak makin antusias terlibat apalagi setelah Salsabila (6), Dani (6) dan Heru membacakan paparan tentang Kovenan Hak Anak.
Sungguh membanggakan menyaksikan anak-anak menikmati kegiatan untuk segala usia ini. Pembacaan rekomendasi dalam pers release menjadi penutup paparan tentang kampanye ini.
Izoel menambahkan paparan dengan menyajikan workplan yang disusun untuk rangkaian kegiatan sampai Bulan Pengurangan Risiko Bencana pada Oktober nanti.
Program ini dalam upaya KerLiP memberdayakan masyarakat, sektor swasta, pemerintah, pemerintah daerah, media, peserta didik, pendidik dan keluarga menuju Keluarga, Sekolah dan Komunitas Indah, Damai dan Aman (idaman).
Sampai tulisan ini dikirim, Ova sudah membagi berita-berita kampanye tersebut di facebooknya.
Terimakasih untuk Rini Galamedia, Fatimah Tribun, Noey PR dan Arie Republika yang setia meliput kegiatan KerLiP.
Terimakasih juga untuk Bunda Anna ketua Himpaudi Jabar, Bu Lenny Biro Bangsos Setdaprov Jabar yg berkenan hadir.
Kepada seluruh relawan dan yang magang di KerLiP : ini baru kita mulai ya. Mudah-mudahan proses belajar bersama langsung dengan pengurus dan masyarakat memperkuat komitmen kita dalam mengimplementasikan prinsip demi kepentingan terbaik anak.
Amien
Ikuti Sosialisasi Konsep Sekolah Siaga bencana
26 Mei 2011
Joko duduk di sampingku sambil menyimak obrolan jelang pagi menuju Jakarta. Senda gurau 6 relawan di kursi belakang menjadi hiburan tersendiri. Apalagi ketika mereka saling menggoda.
Hari ini hanya Alam yang batal ikut ke Jakarta. Aku, Ova, Dede, Puput, dan Joko akan mengikuti sosialisasi konsep Sekolah Siaga Bencana di Grand Cemara. Izoel ditemani duo bidadarinya, Astrie dan Fina untuk mengikuti seminar Pendidikan yg diselenggarakan Pattiro di Centuri.
Sayang Zamzam lupa diajak karena sedang ringkih.
Sudah bisa dipastikan bahwa kami terlambat hadir. Alhamdulillah masih ada kursi kosong di beberapa meja. Ari Nurani Dunia dan dibantu Mbak Titi, Neda, Victor, Novy dari UNTWG berhasil mengundang pihak-pihak terkait.
Terlihat ada Ibu Yayah dari Sekolah Adiwiyata di Bogor disamping Wido, relawan KerLiP di Jakarta. Ninil dan Ivan panitia dari KPB menyusul kemudian.
Para relawan di Bandung sangat beruntung diijinkan panitia untuk menggantikan anak-anak GSB dari Lampung Timur yang batal hadir karena peserta akhirnya tidak melibatkan anak-anak.
Sungguh membanggakan melihat nama LovelyKerLiP terpampang sebagai kontak KPB dalam leaflet yg sudah tersedia bersama buku Kerangka Kerja Konsep SSB di setiap meja.
Meskipun hal ini menjadi tantangan tersendiri karena rupanya kesekretariatan masih dilaksanakan sepenuhnya oleh UNTWG karena berbagai hal.
Paparan Willy tentang KPB dan SSB yang diawali dengan UUPA dan UUPB terasa kurang lengkap tanpa dasar UU Sisdiknas. Namun tak perlu berkecil hati karena saat ini Revisi UU Sisdiknas makin menguat. Kawan-kawan enetfor justice Indonesia sedang mengawalnya.
Pak Wisnu, Direktur Kesiapsiagaan BNPB memaparkan tentang SSB dan Sekolah Aman serta pentingnya perlindungan anak dan hak anak dalam upaya PRB di sekolah.
Disampaikan pula dukungan BNPB terhadap pokja SSB ini dengan upaya memastikan ada sejumlah SSB di tingkat kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Apalagi terkait percepatan pendirian BPBD hampir di seluruh kota/kabupaten.
Presentasi sesi berikutnya dipandu Victor menampilkan Dian dari SC DRR dan Tasriel dari LIPI terkait gempa dan tsunami. Selanjutnya Petra dari Oxfam GB dan Oka dari PMI terkait bencana letusan gunung Merapi dan Banjir dimoderatori Intan dari Save the Children.
Ova dan Dede membantu Ari memilah goodybag dan materi2 kebencanaan dari BNPB dan anggota KPB untuk peserta.
KerLiP diijinkan untuk membawa materi yang masih tersedia cukup banyak terutama untuk 15 sekolah dampingan di Jabar,
Setelah makan siang, Ivan memulai sessi dengan memperkenalkan seluruh anggota penyusun konsep Sekolah Siaga Bencana. Lovely, Zamzam dan Yanti dari Perkumpulan KerLiP melengkapi pokja SSB yg tdd ASB, Lingkar, MPBI, Nurani Dunia, SC DRR, UNDP, UNTWG, LPBI NU, MDMC, Plan Indonesia.
Konsep SSB kemudian dibedah oleh Ninil dari Perkumpulan Lingkar
Penyusunan Matriks kekerasan Anak di pendidikan
25 Mei 2011
Izoel sudah tiba lebih dulu di Darul Hikam diantar Dede. Aku menyusul kemudian dengan membawa print out draft kontrak kerjasama KerLiP dan Yayasan Darul Hikam. Ada beberapa program pendampingan penguatan LP3KS dan CeQu dalam hal Pengembangan Anak Usia Dini, Parenting dan Konsultan Pendidikan.
Rupanya pagi ini baru tahap penyerahan draft. Kuputuskan untuk menghadiri pertemuan Lingkar Perlindungan Anak di kantor Bahtera Jl Parakan Wangi sebelum menemui Kepala BPBD Jabar pukul 13.
Draft Dummy Buku Pedoman Kebijakan Pendidikan Ramah Anak dan Matriks Anak KemPPPA kusajikan sebagai bahan kajian untuk melihat isu kekerasan terhadap anak di satuan pendidikan, pencegahan dan penanganannya.
Menarik ketika mengetahui kawan-kawan pegiat hak anak di kota Bandung belum mencermati LIRP (Lingkungan Inklusi dan Ramah Pembelajaran). Setelah berdiskusi cukup alot akhirnya disepakati beberapa hal yang bersesuaian dan ada dalam ketiga dokumen yang disajikan KerLiP masuk dalam matriks untuk perda anak di kota Bandung tersebut.
Pukul 13 setibanya di BPBD Jabar langsung menemui Bu Erna, Kepala Biro Perencanaan Program BPBD Jabar. Dukungan konkrit BPBD Jabar untuk Lokalatih Menuju Sekolah dan Komunitas IDAMAN yang direncanakan Joko dan kawan-kawan dalam bentuk tempat, kursi, perlengkapan, dan konsumsi perlu ditindaklanjuti dengan surat pengajuan resmi.
Sehari sebelumnya, Ova dan Puput langsung diterima audiensi dengan Pak Sigit, Kepala BPBD Jabar.
Alhamdulillah selain dukungan tersebut, Bu Erna juga sepakat bersinergi dalam penyusunan RAD PRB Jabar bulan Juni yad dan penyusunan Rencana Kontingensi Banjir di DAS Citarum. Dokumen Logframe dan rencana anggaran KerLiP dg RCMU Bappenas serta CD Sekolah Aman kemudian dikopikan dalam komputer Bu Erna.
Joko dan Dede menyusulku di ruang Pak Iskandar, Kasie Rehab BPBD Jabar setelah menyerahkan surat yang diperlukan diatas.
Pak Iskandar diingatkan tentang undangan sosialisasi Konsep Sekolah Siaga Bencana yg diselenggarakan KPB atas dukungam SC DRR Bappenas, UNDP dan Save the Children di Jakarta tanggal 26 Mei 2011.
Sampai hari ini belum ada konfirmasi siapa pihak yang akan hadir dari BPBD Jabar.
Kami pun kembali mempelajari rincian panduan rehabilitasi sekolah aman yang disusun KerLiP bersama BNPB, Kemdiknas, KemPU, Bappenas, WB, Unesco, Plan, dan PMB ITB sebagai lampiran rekomendasi BNPB kepada Wamendiknas 18 Februari 2011.
Pak Iskandar menyampaikan tentang pentingnya pertemuan teknis dengan Pak Nugraha Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Jabar yang sangan concern mengenai hal ini. Kami berencana bertemu pada tanggal 8 Juni 2011.
Rupanya rehabilitasi dan rekonstruksi sarana pendidikan, peribadatan dan kesehatan pasca gempa Tasik 3 September 2009 sejumlah Rp 454 M sudah diajukan BPBD Jabar kepada BNPB. Hal ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan advokasi sebelumnya untuk tidak hanya membantu pemulihan tempat tinggal tetapi juga sarana pelayanan publik yang terkena dampak gempa.
Pertemuan dilanjutkan bersama Pak Usep, Kasie Kesiapsiagaan yang tengah bersiap-siap untuk kegiatan di Garut. Rupanya beliau tidak mengetahui surat undangan dari KPB. Bu Tita kasie pencegahan membantu Dede untuk menelusuri surat tersebut.
Entah terselip dimana, yang pasti print out dari Bu Tita lah yang akhirnya kembali diberi tanda terima dari TU.
Di gerbang gedung, Pak Sigit baru saja tiba untuk melepas keberangkatan Tim BPBD Jabar dan Konsultan ke Garut dan Kuningan. Beliau akhirnya meminta Pak Iskandar untuk hadir di Jakarta esok hari dan minta diingatkan terkait kegiatan Konferensi Pers 20 menit yang Memukau Menuju Keluarga Indah, Damai dan Aman.
Izoel sudah tiba lebih dulu di Darul Hikam diantar Dede. Aku menyusul kemudian dengan membawa print out draft kontrak kerjasama KerLiP dan Yayasan Darul Hikam. Ada beberapa program pendampingan penguatan LP3KS dan CeQu dalam hal Pengembangan Anak Usia Dini, Parenting dan Konsultan Pendidikan.
Rupanya pagi ini baru tahap penyerahan draft. Kuputuskan untuk menghadiri pertemuan Lingkar Perlindungan Anak di kantor Bahtera Jl Parakan Wangi sebelum menemui Kepala BPBD Jabar pukul 13.
Draft Dummy Buku Pedoman Kebijakan Pendidikan Ramah Anak dan Matriks Anak KemPPPA kusajikan sebagai bahan kajian untuk melihat isu kekerasan terhadap anak di satuan pendidikan, pencegahan dan penanganannya.
Menarik ketika mengetahui kawan-kawan pegiat hak anak di kota Bandung belum mencermati LIRP (Lingkungan Inklusi dan Ramah Pembelajaran). Setelah berdiskusi cukup alot akhirnya disepakati beberapa hal yang bersesuaian dan ada dalam ketiga dokumen yang disajikan KerLiP masuk dalam matriks untuk perda anak di kota Bandung tersebut.
Pukul 13 setibanya di BPBD Jabar langsung menemui Bu Erna, Kepala Biro Perencanaan Program BPBD Jabar. Dukungan konkrit BPBD Jabar untuk Lokalatih Menuju Sekolah dan Komunitas IDAMAN yang direncanakan Joko dan kawan-kawan dalam bentuk tempat, kursi, perlengkapan, dan konsumsi perlu ditindaklanjuti dengan surat pengajuan resmi.
Sehari sebelumnya, Ova dan Puput langsung diterima audiensi dengan Pak Sigit, Kepala BPBD Jabar.
Alhamdulillah selain dukungan tersebut, Bu Erna juga sepakat bersinergi dalam penyusunan RAD PRB Jabar bulan Juni yad dan penyusunan Rencana Kontingensi Banjir di DAS Citarum. Dokumen Logframe dan rencana anggaran KerLiP dg RCMU Bappenas serta CD Sekolah Aman kemudian dikopikan dalam komputer Bu Erna.
Joko dan Dede menyusulku di ruang Pak Iskandar, Kasie Rehab BPBD Jabar setelah menyerahkan surat yang diperlukan diatas.
Pak Iskandar diingatkan tentang undangan sosialisasi Konsep Sekolah Siaga Bencana yg diselenggarakan KPB atas dukungam SC DRR Bappenas, UNDP dan Save the Children di Jakarta tanggal 26 Mei 2011.
Sampai hari ini belum ada konfirmasi siapa pihak yang akan hadir dari BPBD Jabar.
Kami pun kembali mempelajari rincian panduan rehabilitasi sekolah aman yang disusun KerLiP bersama BNPB, Kemdiknas, KemPU, Bappenas, WB, Unesco, Plan, dan PMB ITB sebagai lampiran rekomendasi BNPB kepada Wamendiknas 18 Februari 2011.
Pak Iskandar menyampaikan tentang pentingnya pertemuan teknis dengan Pak Nugraha Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Jabar yang sangan concern mengenai hal ini. Kami berencana bertemu pada tanggal 8 Juni 2011.
Rupanya rehabilitasi dan rekonstruksi sarana pendidikan, peribadatan dan kesehatan pasca gempa Tasik 3 September 2009 sejumlah Rp 454 M sudah diajukan BPBD Jabar kepada BNPB. Hal ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan advokasi sebelumnya untuk tidak hanya membantu pemulihan tempat tinggal tetapi juga sarana pelayanan publik yang terkena dampak gempa.
Pertemuan dilanjutkan bersama Pak Usep, Kasie Kesiapsiagaan yang tengah bersiap-siap untuk kegiatan di Garut. Rupanya beliau tidak mengetahui surat undangan dari KPB. Bu Tita kasie pencegahan membantu Dede untuk menelusuri surat tersebut.
Entah terselip dimana, yang pasti print out dari Bu Tita lah yang akhirnya kembali diberi tanda terima dari TU.
Di gerbang gedung, Pak Sigit baru saja tiba untuk melepas keberangkatan Tim BPBD Jabar dan Konsultan ke Garut dan Kuningan. Beliau akhirnya meminta Pak Iskandar untuk hadir di Jakarta esok hari dan minta diingatkan terkait kegiatan Konferensi Pers 20 menit yang Memukau Menuju Keluarga Indah, Damai dan Aman.
Selasa, 24 Mei 2011
Workshop penyusunan Pedoman Pendidikan Ramah Anak
Alhamdulillah LFA dan perkiraan anggaran untuk Program di DAS Citarum berhasil disusun bersama Zamzam dari draft yang dikirim Ova.
Selanjutnya mencermati draft dummy buku pedoman kebijakan PRA yang dikirim Zamzam beberapa hari yang lalu.
Draft ini belum sempat dituntaskan karena Zamzam sakit dan aku masih mengerjakan hal lain.
Akhirnya hasil edit draft dummy Bab 1, Bab 2, dan Bab 3 dapat dikirimkan ke Ibu Ninin dan Mbak Valent sebelum berangkat ke Bogor pk 9.30.
Pukul 14.00-17.00 23 Mei 2011
1.kilas balik proses penyusunan draft pedoman :
a. Mindmap sekolah ramah anak 4 Maret 2011
b. Hasil workshop 10-11 Maret
c. Hasil workshop 26-27 April
2. Pembahasan Draft Dummy Bab 1
3. Editing Judul dan Outline Buku
4. Diskusi Kelompok :
a. Kelompok 1 : Draft Bab 1
b. Kelompok 2 : Draft Bab 2
c. Kelompok 3 : Draft Bab 3.
5. Finalisasi draft
Selanjutnya mencermati draft dummy buku pedoman kebijakan PRA yang dikirim Zamzam beberapa hari yang lalu.
Draft ini belum sempat dituntaskan karena Zamzam sakit dan aku masih mengerjakan hal lain.
Akhirnya hasil edit draft dummy Bab 1, Bab 2, dan Bab 3 dapat dikirimkan ke Ibu Ninin dan Mbak Valent sebelum berangkat ke Bogor pk 9.30.
Pukul 14.00-17.00 23 Mei 2011
1.kilas balik proses penyusunan draft pedoman :
a. Mindmap sekolah ramah anak 4 Maret 2011
b. Hasil workshop 10-11 Maret
c. Hasil workshop 26-27 April
2. Pembahasan Draft Dummy Bab 1
3. Editing Judul dan Outline Buku
4. Diskusi Kelompok :
a. Kelompok 1 : Draft Bab 1
b. Kelompok 2 : Draft Bab 2
c. Kelompok 3 : Draft Bab 3.
5. Finalisasi draft
Catatan 21 Mei
Hanya pertemuan Izoel, Zamzam dan Ova dengan Bapak Herry, Ketua Pengawas KerLiP yang sempat teringat.
Mudah-mudahan ketiganya bisa melengkapi catatan ini.
Ya...Zamzam menyampaikan rencana perubahan manajemen Perkumpulan KerLiP terkait beberapa perkembangan terkini.
Menurutnya, saat ini KerLiP sudah mulai diakui sebagai sebuah lembaga dan tidak lagi hanya identik dg YantiKerLiP. Rintis SMile sebagai pusat pendidikan lingkungan hidup dan bencana turut mendorong komitmen untuk menjadikan KerLiP sebagai sebuah gerakan kesadaran kritis keluarga peduli pendidikan. Kemampuan KerLiP untuk mengaktifkan berbagai sumber daya dengan menciptakan jembatan penghubung menjadi kekuatan besar untuk tumbuh bersama masyarakat dalam menunjukkan kepedulian terhadap hak atas pendidikan dan perlindungan anak berbasis keluarga
Beberapa hal yg disampaikan Pak Herry:
1. Perkumpulan KerLiP memiliki potensi untuk berkembang menjadi sebuah gerakan yang bersifat non profit perlu diiringi dengan komitmen para pemangku kepentingan utamanya untuk bekerja profesional.
2. Berbagai inisiatif untuk "income generating" seperti konsultan, media KIE, dst sebaiknya dikelola oleh badan otonom khusus yang dapat mendukung profesionalisme pengurus dan memperkuat gerakan.
3. Kemampuan manajerial pengurus perlu ditingkatkan.
Disepakati untuk melaksanakan pra raker tanggal 12 Juni.
Mudah-mudahan ketiganya bisa melengkapi catatan ini.
Ya...Zamzam menyampaikan rencana perubahan manajemen Perkumpulan KerLiP terkait beberapa perkembangan terkini.
Menurutnya, saat ini KerLiP sudah mulai diakui sebagai sebuah lembaga dan tidak lagi hanya identik dg YantiKerLiP. Rintis SMile sebagai pusat pendidikan lingkungan hidup dan bencana turut mendorong komitmen untuk menjadikan KerLiP sebagai sebuah gerakan kesadaran kritis keluarga peduli pendidikan. Kemampuan KerLiP untuk mengaktifkan berbagai sumber daya dengan menciptakan jembatan penghubung menjadi kekuatan besar untuk tumbuh bersama masyarakat dalam menunjukkan kepedulian terhadap hak atas pendidikan dan perlindungan anak berbasis keluarga
Beberapa hal yg disampaikan Pak Herry:
1. Perkumpulan KerLiP memiliki potensi untuk berkembang menjadi sebuah gerakan yang bersifat non profit perlu diiringi dengan komitmen para pemangku kepentingan utamanya untuk bekerja profesional.
2. Berbagai inisiatif untuk "income generating" seperti konsultan, media KIE, dst sebaiknya dikelola oleh badan otonom khusus yang dapat mendukung profesionalisme pengurus dan memperkuat gerakan.
3. Kemampuan manajerial pengurus perlu ditingkatkan.
Disepakati untuk melaksanakan pra raker tanggal 12 Juni.
Hari Kebangkitan 20 Mei
Hari ini diagendakan bertemu dengan Bu Pri, wakil ketua Tim Penggerak PKK DKI Jakarta. Bahan presentasi 20 menit yang memukau yang disusun Ade_Dakocan serta Pendidikan Karakter Idaman yang disusun SMile with KerLiP sudah siap melengkapi FAQ 20 menit yang memukau.
Ibu Ninin, asdep Pemenuhan Hak Pendidikan Anak terus menerus menghubungi memastikan rencana konferensi pers yang sedianya akan dipimpin oleh Ibu Menepppa.
Berita acara pertemuan, draft MoU dan surat yang diminta TP PKK DKI langsung disiapkan Wido.
Ivan dari Dakocan menyiapkan draft pers release yang kemudian disempurnakan KerLiP keesokan paginya. Kami menindaklanjuti hasil audiensi tersebut di Wisma Kodel sambil menemani Wahyu kirim fax ke media.
Malam harinya Junaidi relawan PPAM sudah siap mengantarku ke Depok untuk bermalam di tempat kos Fitry, putri sulungku. Kami sempet mengobrol dulu sebelum memutuskan pergi ke tempat masing-masing.
Draft pers relase dari Ivan sudah masuk, namun hanya bisa dibaca. Akhirnya diputuskan untuk menuliskan pers release dari dokumen2 tsb.
Akhirnya pers release kususun dalam taxi menuju kementien PPPA.
Beberapa wartawan yang terlihAt hadir : Sindo, KBR68H, tnol.com, Sindo, dst.
Pak Wahyu, Deputy tumbuh kembang anak membuka konferensi pers dengan menceritakan dongeng yang sering dikisahkan orangtuanya di masa kecil. Ada kerinduan disana, kerinduan akan suasana indah, damai dan aman dalam dongeng menjelang tidur.
Dalam paparannya, Pak Wahyu menyampaikan beberapa hal terkait deputy tumbuh kembang dan dukungannya terhadap gerakan keluarga peduli pendidikan anak usia dini yang diawali dg kampanye 20 menit yg memukau menuju keluarga idaman.
Presentasi Ivan dari Dakocan mengenai 20 menit yang memukau memberikan gambaran utuk tentang kondisi dan alasan mengapa 20 menit yg memukau ini dikampanyekan.
Dilanjutkan dengan pembacaan paragraf terakhir dalam pers relase dan rekomendasi kepada para pihak terkait untuk membuka sesi tanya jawab.
Ibu Ninin, asdep Pemenuhan Hak Pendidikan Anak terus menerus menghubungi memastikan rencana konferensi pers yang sedianya akan dipimpin oleh Ibu Menepppa.
Berita acara pertemuan, draft MoU dan surat yang diminta TP PKK DKI langsung disiapkan Wido.
Ivan dari Dakocan menyiapkan draft pers release yang kemudian disempurnakan KerLiP keesokan paginya. Kami menindaklanjuti hasil audiensi tersebut di Wisma Kodel sambil menemani Wahyu kirim fax ke media.
Malam harinya Junaidi relawan PPAM sudah siap mengantarku ke Depok untuk bermalam di tempat kos Fitry, putri sulungku. Kami sempet mengobrol dulu sebelum memutuskan pergi ke tempat masing-masing.
Draft pers relase dari Ivan sudah masuk, namun hanya bisa dibaca. Akhirnya diputuskan untuk menuliskan pers release dari dokumen2 tsb.
Akhirnya pers release kususun dalam taxi menuju kementien PPPA.
Beberapa wartawan yang terlihAt hadir : Sindo, KBR68H, tnol.com, Sindo, dst.
Pak Wahyu, Deputy tumbuh kembang anak membuka konferensi pers dengan menceritakan dongeng yang sering dikisahkan orangtuanya di masa kecil. Ada kerinduan disana, kerinduan akan suasana indah, damai dan aman dalam dongeng menjelang tidur.
Dalam paparannya, Pak Wahyu menyampaikan beberapa hal terkait deputy tumbuh kembang dan dukungannya terhadap gerakan keluarga peduli pendidikan anak usia dini yang diawali dg kampanye 20 menit yg memukau menuju keluarga idaman.
Presentasi Ivan dari Dakocan mengenai 20 menit yang memukau memberikan gambaran utuk tentang kondisi dan alasan mengapa 20 menit yg memukau ini dikampanyekan.
Dilanjutkan dengan pembacaan paragraf terakhir dalam pers relase dan rekomendasi kepada para pihak terkait untuk membuka sesi tanya jawab.
catatan 18 Mei di bandung
18 Mei tiba dari Lampung, langsung kordinasi dengan Zamzam, Ova, Izoel dan Dede untuk tuntaskan bahan presentasi di Darul Hikam. Bu Juju kenalan ngobrol di Baraya 13 Mei lalu sudah tiba di Kanayakan sebelum kami pergi. Pengalamannya 10 tahun membesarkan anak-anak di USA menjadi bahan obrolan yang menarik bagi Izoel dkk. Apalagi ketika Bu Juju bercerita tentang hambatan yang dialami anak-anaknya setiba di tanah air tahun lalu.
Menurut bu Juju, ada banyak keluarga yang mengalami hal serupa. Lebih berat lagi ketika memindahkan anak yang menderita autis ke sekolah inklusi. Sebut saja Nanda yg sudah lulus grade 6 di USA dan terpaksa masuk kelas 5 di sebuah SDN terkemuka di kota Bandung. Kebutuhan khusus Nanda sebagai penyandang autis, membuatnya tak dapat melanjutkan ke kelas 6 di SD tersebut.
Alhamdulillah ada sebuah rintisan sekolah autis di kota Bandung dengan biaya terjangkau.
Nampaknya di negeri ini. Hak anak2 berkebutuhan khusus untuk menikmati pendidikan berkualitas masih diabaikan.
Anehnya kakaknya Nanda yg lulus dengan nilai A plus di USA juga mengalami hal yang tidak nyaman. Pertama masalah penyetaraan ijazah yang tak kunjung usai setelah 1 tahun. Kedua, ketidakmampuan kakaknya Nanda dalam berbahasa Indonesia menyebabkan ia kekurangan nilai ujian masuk sekolah negeri favorit di kota Bandung.
Bersyukurlah keluarga Nanda, terutama kakaknya yang menemukan SMAN2 Bandung yang menyediakan proses seleksi sesuai dengan kompetensi yang sudah diraih anak sebelumnya.
Dan ia pun kini menikmati layanan pendidikan di SMAN2, sekolah yang mendapatkan predikat SMA sehat di Jabar tahun 2011.
18 Mei setibanya di Darul Hikam.
Pak Sodik, Direktur Perguruan Darul Hikam bersama seluruh staf dan pimpinan lembaga yang berada dlm naungan Yayasan Darul Hikam. Alhamdulillah, sungguh membanggakan ketika saya diperkenalkan khusus sebagai aktivis yang memiliki kemampuan untuk membangun network ke K/L dan pemerintah daerah dengan tetap menjaga integritas sebagai pegiat hak atas hidup bermartabat terutama hak atas pendidikan dan perlindungan anak. Terlebih lagi ketika di hadapan saya, hadir guru pertama dan utama yang dulu mendidik saya di SD dan kini menjadi Kepala SD Darul Hikam.
Ibu Mintarmah diminta khusus untuk menyampaikan kata penutup setelah obrolan seputar parenting, PAUD, PKSA, dan Sekolah Aman selesai.
Ova, Dede dan Bu Juju hadir menemani saya dalam pertemuan tersebut. Penguatan sinergi antar lembaga dibawah Yayasan Darul Hikam menjadi pintu masuk dalam inisiasi kerjasama antara KerLiP dengan Darul Hikam.
Pak Jaja dan Pak Sodik menjadi focal point dan menyediakan ruang khusus bagi upaya kerjasana ini agar segera memberi manfaat kedalam dan syiar keluar.
Ova langsung menyambut gagasan ini dengan menjangkau para relawan yang sudah didorong oleh Izoel, Zamzam dan Joko.
Besar harapan sinergi ini dapat memperkuat kerjasam SMile deng Cequ dan PAUD HI Rumah KerLiP dg LP3KS dan majlis taklim. Untuk fundraising, Lawazis Darul Hikam siap menggiatkan model2 alternatif.
Menurut bu Juju, ada banyak keluarga yang mengalami hal serupa. Lebih berat lagi ketika memindahkan anak yang menderita autis ke sekolah inklusi. Sebut saja Nanda yg sudah lulus grade 6 di USA dan terpaksa masuk kelas 5 di sebuah SDN terkemuka di kota Bandung. Kebutuhan khusus Nanda sebagai penyandang autis, membuatnya tak dapat melanjutkan ke kelas 6 di SD tersebut.
Alhamdulillah ada sebuah rintisan sekolah autis di kota Bandung dengan biaya terjangkau.
Nampaknya di negeri ini. Hak anak2 berkebutuhan khusus untuk menikmati pendidikan berkualitas masih diabaikan.
Anehnya kakaknya Nanda yg lulus dengan nilai A plus di USA juga mengalami hal yang tidak nyaman. Pertama masalah penyetaraan ijazah yang tak kunjung usai setelah 1 tahun. Kedua, ketidakmampuan kakaknya Nanda dalam berbahasa Indonesia menyebabkan ia kekurangan nilai ujian masuk sekolah negeri favorit di kota Bandung.
Bersyukurlah keluarga Nanda, terutama kakaknya yang menemukan SMAN2 Bandung yang menyediakan proses seleksi sesuai dengan kompetensi yang sudah diraih anak sebelumnya.
Dan ia pun kini menikmati layanan pendidikan di SMAN2, sekolah yang mendapatkan predikat SMA sehat di Jabar tahun 2011.
18 Mei setibanya di Darul Hikam.
Pak Sodik, Direktur Perguruan Darul Hikam bersama seluruh staf dan pimpinan lembaga yang berada dlm naungan Yayasan Darul Hikam. Alhamdulillah, sungguh membanggakan ketika saya diperkenalkan khusus sebagai aktivis yang memiliki kemampuan untuk membangun network ke K/L dan pemerintah daerah dengan tetap menjaga integritas sebagai pegiat hak atas hidup bermartabat terutama hak atas pendidikan dan perlindungan anak. Terlebih lagi ketika di hadapan saya, hadir guru pertama dan utama yang dulu mendidik saya di SD dan kini menjadi Kepala SD Darul Hikam.
Ibu Mintarmah diminta khusus untuk menyampaikan kata penutup setelah obrolan seputar parenting, PAUD, PKSA, dan Sekolah Aman selesai.
Ova, Dede dan Bu Juju hadir menemani saya dalam pertemuan tersebut. Penguatan sinergi antar lembaga dibawah Yayasan Darul Hikam menjadi pintu masuk dalam inisiasi kerjasama antara KerLiP dengan Darul Hikam.
Pak Jaja dan Pak Sodik menjadi focal point dan menyediakan ruang khusus bagi upaya kerjasana ini agar segera memberi manfaat kedalam dan syiar keluar.
Ova langsung menyambut gagasan ini dengan menjangkau para relawan yang sudah didorong oleh Izoel, Zamzam dan Joko.
Besar harapan sinergi ini dapat memperkuat kerjasam SMile deng Cequ dan PAUD HI Rumah KerLiP dg LP3KS dan majlis taklim. Untuk fundraising, Lawazis Darul Hikam siap menggiatkan model2 alternatif.
Sabtu, 21 Mei 2011
Catatan 17 Mei 2011 di Lampung Timur
Senang dan bangga mendengar info dari Pak Dar, pendamping GSB Gunung Agung bahwa BPBD Lampung Timur sudah mengirim zona yang khusus bertanggung jawab dan telah menyusun rencana rekonstruksi akibat banjir di wilayah tersebut.
Kabarnya setiap zona menangani 6 kecamatan. Harapan Pak Dar, rencana pembangunan melibatkan anak-anak dalam penyusunannya.
Dalam pertemuan tanggal 17 Mei lalu, Pak Badri berkali-kali menegaskanb tentang pentingnya mengusung upaya PRB dalam tanggap darurat dalam Musrenbangdes Desember yad agar ada alokasi anggaran yang memadai dan peduli anak setidaknya pada tahun 2013 nanti.
Beliau juga bersungguh-sunggu menyampaikan rencana pembentukan Forum Penanggulangan Bencana di Kab Lampung Timur dimana GSB tergabung didalamnya.
Pernyataan ini melengkapi sambutan dari Kepala Desa Gunung Agung dan Sekmat Sekampung Udik dalam pembukaan cross learning PRB menuju tanggap darurat antara GSB Gunung Agung, Sindang Anom, Donomulyo, guru, pendidik, pamong desa, KBA Lampung dan penulisan rencana kontingensi.
Narasumber menguatkan pernyataan Pakj Badri dengan menunjukkan pasal dalam UU no 24 tahun 2007 tentang kewajiban pemerintah daerah dan peran serta masyarakat serta pentingnya upaya PRB dalam pembangunan berkelanjutan.
Paparan oleh GSB mengenai proses belajar bersama melengkapi peta sekolah menjadi peta risiko bencana sebagai hasil kegiatan pemetaan wilayah dan aktor langsung di desa masing-masing diawali oleh Gunung Agung, lalu Donomulyo dan Sindang Anom.
Pendidik Nonformal dan Kepala Desa dr Gunung Agung dimita untuk mengomentari hasil belajar GSB Gunung Agung.
Harapan bahwa proses belajar ini segera ditindaklanjuti menjadi rencana aksi nyata disambut gembira oleh anak-anak Lampung nan ceria ini.
Sambutan antusias Pak Badri yang mendorong narasumber utk menyertakan Kaur pembangunan Donomulyo dan pendidik paud Sindang Anom sempat membuat narasumber khilaf dan diingatkan Pak Agus untuk tidak membuat forum dalam forum. Pada saat itu GSB Donomulyo sedang menyampaikan hasil belajarnya.
Narasumber menyampaikan permohonan maaf atas kekhilafan tersebut dan kembali meneruskan proses belajar bersama.
Setelah rehat makan siang, Pak Badri diminta untuk mengkaji setiap peta risiko bencana yang disusun anak-anak GSB bersama fasilitator di lapangan dan rencana pembangunan terkait rekonstruksi yang diperlukan paska banjir di Menanga dan pengerukan serta perbaikan jalan di Donomulyo. Kekeringan yang merata terjadi di Sindang Anom sempat dibantah oleh Kaur pembangunan. Menurut beliau banjir dan kekeringan ini akibat pembangunan tanggul penahan banjir yang belum rampung.
Pak Badri sangat berpengalaman ketika menjelaskan fungsi tanggul penahan banjir dan pentingnya penghijauan serta pelestarian alam dalam upaya PRB.
Paparan mengenai banjir di perkotaan segera ditunjukkan narasumber untuk melengkapi penjelasan Pak Badri.
Diharapkan pokja GSB Sindang Anom bersama-sama kader posyandu menunjukkan manfaat belajar bersama dlm upaya PRB dan menyusun proposal dan atau mengusulkan pengadaan sumur bor tambahan dalam musrenbangdes untuk menambah sumur bor yang sudah dibangun KBA Lampung.
Tanggul yang jebol di Menanga menurut Kepala Desa Gunung Agung sudah diajukan bahkan disurvey tim terkait untuk pemulihannya.
Pengerukan sungai di Wai Areng Donomulyo sepanjang 7km masih dalam tahap pengajuan. Sedangkan perbaikan jalan yang sangat strategis di Wai Areng dalam proses.
Sunggu membahagiakan melihat semangat anak-anak GSB dalam dampingan Pak Dar, Pak Agus, Pak Sukidi, Pak Dedi dan Pak Tukiran mencoba memahami format rencana kontingensi dan mengisi setiap halaman dalam format tersebut secara perlahan namun pasti.
Sayang sekali GSB Sindang Anom masih diisi anak-anak yang datang bergantian sehingga masih cukup kesulitan untuk memahami rencana kontingensi tersebut.
Inisiatif Ferinda dari Donomulyo untuk memfasilitasi GSB Sindang Anom dalam penulisan Rencana kontingensi patut diacungkan jempol.
Dan GSB Donomulyo pula yang menyepakati 10 rencana tindak lanjut yang luar biasa. Mulai dari penuntasan penulisan Rencana Kontingensi sampai advokasi anggaran PRB yg peduli anak.
Dalam perjalanan pulang, GSB Gunung Agung pun berhasil menyusun RTL dan mengirimkannya melalui email.
Disepakati untuk kembali membawa ahli penilai struktur bangunan pada tanggal 5 Juni ke Donomulyo untuk mengintegrasikan penilaian kerentanan sekolah kedalam Rencana Sekolah Ramah Anak di SD yg dijadikan model di Lampung Timur.
KBA Lampung juga menyampaikan adanya dukungan dana untuk pemodelan Sekolah Ramah Anak di desa Gunung Agung dan Sindang Anom dan disambut antusias oleh para pendidik dan pamong desa yang hadir.
Lampung Timur 17 Mei 2011
Kabarnya setiap zona menangani 6 kecamatan. Harapan Pak Dar, rencana pembangunan melibatkan anak-anak dalam penyusunannya.
Dalam pertemuan tanggal 17 Mei lalu, Pak Badri berkali-kali menegaskanb tentang pentingnya mengusung upaya PRB dalam tanggap darurat dalam Musrenbangdes Desember yad agar ada alokasi anggaran yang memadai dan peduli anak setidaknya pada tahun 2013 nanti.
Beliau juga bersungguh-sunggu menyampaikan rencana pembentukan Forum Penanggulangan Bencana di Kab Lampung Timur dimana GSB tergabung didalamnya.
Pernyataan ini melengkapi sambutan dari Kepala Desa Gunung Agung dan Sekmat Sekampung Udik dalam pembukaan cross learning PRB menuju tanggap darurat antara GSB Gunung Agung, Sindang Anom, Donomulyo, guru, pendidik, pamong desa, KBA Lampung dan penulisan rencana kontingensi.
Narasumber menguatkan pernyataan Pakj Badri dengan menunjukkan pasal dalam UU no 24 tahun 2007 tentang kewajiban pemerintah daerah dan peran serta masyarakat serta pentingnya upaya PRB dalam pembangunan berkelanjutan.
Paparan oleh GSB mengenai proses belajar bersama melengkapi peta sekolah menjadi peta risiko bencana sebagai hasil kegiatan pemetaan wilayah dan aktor langsung di desa masing-masing diawali oleh Gunung Agung, lalu Donomulyo dan Sindang Anom.
Pendidik Nonformal dan Kepala Desa dr Gunung Agung dimita untuk mengomentari hasil belajar GSB Gunung Agung.
Harapan bahwa proses belajar ini segera ditindaklanjuti menjadi rencana aksi nyata disambut gembira oleh anak-anak Lampung nan ceria ini.
Sambutan antusias Pak Badri yang mendorong narasumber utk menyertakan Kaur pembangunan Donomulyo dan pendidik paud Sindang Anom sempat membuat narasumber khilaf dan diingatkan Pak Agus untuk tidak membuat forum dalam forum. Pada saat itu GSB Donomulyo sedang menyampaikan hasil belajarnya.
Narasumber menyampaikan permohonan maaf atas kekhilafan tersebut dan kembali meneruskan proses belajar bersama.
Setelah rehat makan siang, Pak Badri diminta untuk mengkaji setiap peta risiko bencana yang disusun anak-anak GSB bersama fasilitator di lapangan dan rencana pembangunan terkait rekonstruksi yang diperlukan paska banjir di Menanga dan pengerukan serta perbaikan jalan di Donomulyo. Kekeringan yang merata terjadi di Sindang Anom sempat dibantah oleh Kaur pembangunan. Menurut beliau banjir dan kekeringan ini akibat pembangunan tanggul penahan banjir yang belum rampung.
Pak Badri sangat berpengalaman ketika menjelaskan fungsi tanggul penahan banjir dan pentingnya penghijauan serta pelestarian alam dalam upaya PRB.
Paparan mengenai banjir di perkotaan segera ditunjukkan narasumber untuk melengkapi penjelasan Pak Badri.
Diharapkan pokja GSB Sindang Anom bersama-sama kader posyandu menunjukkan manfaat belajar bersama dlm upaya PRB dan menyusun proposal dan atau mengusulkan pengadaan sumur bor tambahan dalam musrenbangdes untuk menambah sumur bor yang sudah dibangun KBA Lampung.
Tanggul yang jebol di Menanga menurut Kepala Desa Gunung Agung sudah diajukan bahkan disurvey tim terkait untuk pemulihannya.
Pengerukan sungai di Wai Areng Donomulyo sepanjang 7km masih dalam tahap pengajuan. Sedangkan perbaikan jalan yang sangat strategis di Wai Areng dalam proses.
Sunggu membahagiakan melihat semangat anak-anak GSB dalam dampingan Pak Dar, Pak Agus, Pak Sukidi, Pak Dedi dan Pak Tukiran mencoba memahami format rencana kontingensi dan mengisi setiap halaman dalam format tersebut secara perlahan namun pasti.
Sayang sekali GSB Sindang Anom masih diisi anak-anak yang datang bergantian sehingga masih cukup kesulitan untuk memahami rencana kontingensi tersebut.
Inisiatif Ferinda dari Donomulyo untuk memfasilitasi GSB Sindang Anom dalam penulisan Rencana kontingensi patut diacungkan jempol.
Dan GSB Donomulyo pula yang menyepakati 10 rencana tindak lanjut yang luar biasa. Mulai dari penuntasan penulisan Rencana Kontingensi sampai advokasi anggaran PRB yg peduli anak.
Dalam perjalanan pulang, GSB Gunung Agung pun berhasil menyusun RTL dan mengirimkannya melalui email.
Disepakati untuk kembali membawa ahli penilai struktur bangunan pada tanggal 5 Juni ke Donomulyo untuk mengintegrasikan penilaian kerentanan sekolah kedalam Rencana Sekolah Ramah Anak di SD yg dijadikan model di Lampung Timur.
KBA Lampung juga menyampaikan adanya dukungan dana untuk pemodelan Sekolah Ramah Anak di desa Gunung Agung dan Sindang Anom dan disambut antusias oleh para pendidik dan pamong desa yang hadir.
Lampung Timur 17 Mei 2011
Jumat, 20 Mei 2011
Side Event yang Memukau
Tak pernah terbersit dalam pikiran untuk memanfaatkan waktu luang selama menikmati fasilitas hotel yang disediakan Child Fund. Ini terjadi begitu saja...saking terbiasanya memanfaatkan semua sumber daya.
29 April 2011
Pertemanan di facebook memperkuat silaturahmi dengam Ivan Dakocan yang sempat terputus sejak tahun 2006 pada event peringatan Hari Anak di Way Kanan. Pak Gino adalah penghubung kami waktu itu.
Perjalanan naik KA malam hari bersama Iin yang tengah mengandung anak keempatnya makin mengesankan saat melihat atraksi Dakocan di hadapan ratusan anak dan orang dewasa di Way Kanan.
Kekhasan Dakocan dalam mendongeng inilah yang kemudian menghantarkan kami duduk bersama menyusun Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan Anak Usia Dini.
Tanggal 29 April Ivan dan Iin datang ke Taman Budaya mengajak Redja dan Egi mitra muda mereka di Dakocan. Beberapa file terkait PaudBKB dan Pendidikan Ramah Anak yang sedang disusun Tim KerLiP bersama Asdep Pemenuhan Hak Pendidikan Anak disimpan kedalam laptop Ivan.
Iin dan Redja (Egi?) Mengikuti sesi Kafe Ilmu yang kugunakan pada sesi Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat yang diminta KBA Lampung.
Anak-anak dari 7 forum anak di 7 kabupaten difasilitasi senior mereka dari LPA yang juga pemimpin muda dunia sangat antusias menemukan banyak sekali jajanan ilmu yang dikumpulkan dari setiap kafe.
Dakocan pun sepakat untuk meneruskan pertemuan dari Taman Budaya ke hotel Grand Anugerah tempatku menginap.
Mereka membawaku pergi ke warung tenda seafood pukul 20.00.
Obrolan tentang 20 menit yang memukau menarik hatiku.
Aku berjanji untuk menghubungkan 20 menit yang memukau dengan kampanye budaya aman yang sedang disiapkan KerLiP bersama SMile di Jakarta dan Bandung.
Dudi bersedia membantu penyusunan storyboard untuk film pendidikan ramah anak yang kugagas bersama LKBN Antara.
30 April 2011
Ivan menjemputku untuk mengikuti lomba dongeng antar pendidik PAUD se Lampung yang diselenggarakan majalah Gemas bersama BPD provinsi Lampung. Sangat menarik!
Aku sempat mengajak Egi dan Redja untuk mendorong pembentukan GSB bangun budaya aman di sekolah2 di Lampung. Katanya mereka tertarik.
3-5 Mei 2011
Aku kembali ke Lampung dengan penuh semangat membangun Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan Anak Usia Dini dengan kegiatan mendongeng untuk mengisi 20 menit yang memukau.
Seperti biasa malam hari, Dakocan mengajakku makan malam. Kali ini di Diggers dengan view-nya yang luar biasa.
Obrolan tentang kampanye budaya aman, 20 menit yang memukau dan Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan Anak Usia Dini makin fokus. Egi berjanji untuk menyusun ToR 20 menit yang memukau. Dokumen terkait aktivitas Dakocan pun disimpan ke laptopku. Aku sudah menyampaikan workplan kampanye budaya aman yang akan difinalisasi pd tgl 5 Mei di Jakarta.
Draft storyboard pendidikan ramah anak ternyata sudah disiapkan Redja dkk.
5-9 Mei 2011
Proposal Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan Anak Usia Dini yg disusun Lovely melengkapi workplan yg disepakati dengan Wahyu dan Junaidi di Jakarta. Bu Atty, pokja pendidikan Tim Penggerak PKK DKI Jakarta dan Bu Ninin asdep PHPA menyambut baik gagasan tersebut.
Relawan dan magang yang memilih kampanye dan advokasi serta PAUD bersama Zamzam dan Ijul aku ajak untuk melaksanakan kegiatan di Jabar. Lovely juga mengajak mitranya di Surabaya.
Draft storyboard sudah direvisi
10-11 Mei
Rencana kampanye budaya aman ini aku sampaikan dalam workshop penyusunan panduan sosialisasi dan advokasi PAUD HI di hotel Salak. Bu Yurni, Bu Ninin, Pak PKSAB dan Mbak Valent sangat antusias. Bahan dari Dakocan dikritisi
Draft storyboard utk LKBN antara pun menarik minat Bu Ninin untuk mengajak Pak Deputi tumbuh kembang anak.
12 Mei
Peluang kerjasama dengan Darul Hikam segera ditindaklanjuti Ova dan Ijul. Pembekalan relawan pun menghasilkan kesepakatan yang menguatkan berbagai upaya kerlip dengan SMile dan PPAM
13-17 Mei
Obrolan dengan Dakocan sudah lebih teknis. Redja menyiapkan draft leaflet dibantu Ade, orang Dakocan lainnya yg juga dosen esa unggul di Jakarta.
Ivan dan Iin juga menyiapkan FAQ yg sudah disepakati.
Rupanya Pak Deputi tertarik untuk meyakinkan bu MenegPPPA terlibat dlm kampanye ini juga tim penggerak PKK DKI Jakarta.
Ova dr SMile di Bandung mendukung gerakan ini dengan mengirimkan revisi dokumen ke email bu Ninin.
Ivan siap hadir lebih awal utk vbertemu dg Tim Penggerak PKK DKI pd tanggal 19 Mei 2011.
Masih ditunggu konfirmasi keikutsertaan bu Linda dlm konferensi pers tanggal 20 Mei yad.
Semoga lancar ya
29 April 2011
Pertemanan di facebook memperkuat silaturahmi dengam Ivan Dakocan yang sempat terputus sejak tahun 2006 pada event peringatan Hari Anak di Way Kanan. Pak Gino adalah penghubung kami waktu itu.
Perjalanan naik KA malam hari bersama Iin yang tengah mengandung anak keempatnya makin mengesankan saat melihat atraksi Dakocan di hadapan ratusan anak dan orang dewasa di Way Kanan.
Kekhasan Dakocan dalam mendongeng inilah yang kemudian menghantarkan kami duduk bersama menyusun Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan Anak Usia Dini.
Tanggal 29 April Ivan dan Iin datang ke Taman Budaya mengajak Redja dan Egi mitra muda mereka di Dakocan. Beberapa file terkait PaudBKB dan Pendidikan Ramah Anak yang sedang disusun Tim KerLiP bersama Asdep Pemenuhan Hak Pendidikan Anak disimpan kedalam laptop Ivan.
Iin dan Redja (Egi?) Mengikuti sesi Kafe Ilmu yang kugunakan pada sesi Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat yang diminta KBA Lampung.
Anak-anak dari 7 forum anak di 7 kabupaten difasilitasi senior mereka dari LPA yang juga pemimpin muda dunia sangat antusias menemukan banyak sekali jajanan ilmu yang dikumpulkan dari setiap kafe.
Dakocan pun sepakat untuk meneruskan pertemuan dari Taman Budaya ke hotel Grand Anugerah tempatku menginap.
Mereka membawaku pergi ke warung tenda seafood pukul 20.00.
Obrolan tentang 20 menit yang memukau menarik hatiku.
Aku berjanji untuk menghubungkan 20 menit yang memukau dengan kampanye budaya aman yang sedang disiapkan KerLiP bersama SMile di Jakarta dan Bandung.
Dudi bersedia membantu penyusunan storyboard untuk film pendidikan ramah anak yang kugagas bersama LKBN Antara.
30 April 2011
Ivan menjemputku untuk mengikuti lomba dongeng antar pendidik PAUD se Lampung yang diselenggarakan majalah Gemas bersama BPD provinsi Lampung. Sangat menarik!
Aku sempat mengajak Egi dan Redja untuk mendorong pembentukan GSB bangun budaya aman di sekolah2 di Lampung. Katanya mereka tertarik.
3-5 Mei 2011
Aku kembali ke Lampung dengan penuh semangat membangun Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan Anak Usia Dini dengan kegiatan mendongeng untuk mengisi 20 menit yang memukau.
Seperti biasa malam hari, Dakocan mengajakku makan malam. Kali ini di Diggers dengan view-nya yang luar biasa.
Obrolan tentang kampanye budaya aman, 20 menit yang memukau dan Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan Anak Usia Dini makin fokus. Egi berjanji untuk menyusun ToR 20 menit yang memukau. Dokumen terkait aktivitas Dakocan pun disimpan ke laptopku. Aku sudah menyampaikan workplan kampanye budaya aman yang akan difinalisasi pd tgl 5 Mei di Jakarta.
Draft storyboard pendidikan ramah anak ternyata sudah disiapkan Redja dkk.
5-9 Mei 2011
Proposal Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan Anak Usia Dini yg disusun Lovely melengkapi workplan yg disepakati dengan Wahyu dan Junaidi di Jakarta. Bu Atty, pokja pendidikan Tim Penggerak PKK DKI Jakarta dan Bu Ninin asdep PHPA menyambut baik gagasan tersebut.
Relawan dan magang yang memilih kampanye dan advokasi serta PAUD bersama Zamzam dan Ijul aku ajak untuk melaksanakan kegiatan di Jabar. Lovely juga mengajak mitranya di Surabaya.
Draft storyboard sudah direvisi
10-11 Mei
Rencana kampanye budaya aman ini aku sampaikan dalam workshop penyusunan panduan sosialisasi dan advokasi PAUD HI di hotel Salak. Bu Yurni, Bu Ninin, Pak PKSAB dan Mbak Valent sangat antusias. Bahan dari Dakocan dikritisi
Draft storyboard utk LKBN antara pun menarik minat Bu Ninin untuk mengajak Pak Deputi tumbuh kembang anak.
12 Mei
Peluang kerjasama dengan Darul Hikam segera ditindaklanjuti Ova dan Ijul. Pembekalan relawan pun menghasilkan kesepakatan yang menguatkan berbagai upaya kerlip dengan SMile dan PPAM
13-17 Mei
Obrolan dengan Dakocan sudah lebih teknis. Redja menyiapkan draft leaflet dibantu Ade, orang Dakocan lainnya yg juga dosen esa unggul di Jakarta.
Ivan dan Iin juga menyiapkan FAQ yg sudah disepakati.
Rupanya Pak Deputi tertarik untuk meyakinkan bu MenegPPPA terlibat dlm kampanye ini juga tim penggerak PKK DKI Jakarta.
Ova dr SMile di Bandung mendukung gerakan ini dengan mengirimkan revisi dokumen ke email bu Ninin.
Ivan siap hadir lebih awal utk vbertemu dg Tim Penggerak PKK DKI pd tanggal 19 Mei 2011.
Masih ditunggu konfirmasi keikutsertaan bu Linda dlm konferensi pers tanggal 20 Mei yad.
Semoga lancar ya
Catatan pendampingan di Donomulyo_Lampung Timur_16 Mei 2011
Asyik juga ya...menemani anak2 untuk belajar bersama mengenai kerentanan, ancaman dan kapasitas masing-masing dan sekolahnya.
Mereka merumuskan sendiri pengertian istilah bencana sebagai peristiwa yang menimbulkan kerusakan dan kehilangan nyawa.
Istilah risiko bencana direkonstruksi setelah mengambil pembelajaran dari diskusi terfokus untuk menyusun sejarah bencana di sekolah dan desa tempat tinggal masing-masing.
Mulai dengan mengingat lokasi, kejadian, penyebab, dampak dan coping mechanism selama bencana terjadi.
Metode kafe ilmu dengan pembelajaran yg diawali dg kata seharusnya ada... (Untuk setiap jawaban 5W+1H tiap kelompok) sangat membantu proses participatory learning untuk hal yang masih asing seperti istilah Pengurangan Risiko Bencana ini.
Alhamdulillah GSB dari 3 forum anak direncanakan untuk dibentuk mengikuti buku dari IDEP. Pada tahap ini narasumber kembali belajar bersama anak-anak dibantu fasilitator mengenai kehilangan dan kerusakan sampai menemukan bersama bahwa sekolah dipandang sebagai tempat yang paling aman untuk pengungsian selain tempat ibadah dan balai desa.
Tantangan berikutnya adalah, Amankah sekolahku?
Panduan Rehabilitasi Teknis Sekolah Aman dalam DAK Pendidikan yg dihasilkan BNPB dengan Tim Teknis Sekolah Aman dikaji bersama dengan praktek pengisian di tempat belajar.
Ada banyak istilah baru yang mendorong anak-anak untuk langsung mempraktekkan penilaian kerentanan sekolah ini dengan dampingan fasilitator dan menyusun peta risiko bencana dari hasil temuan mereka.
Buku IDEP dan panduan penilaian kerentanan sekolah menjadi rujukan CACT kerentanan sekolah.
Tahap berikutnya adalah memahami format contingency plan. Ferinda dibantu Vivi menjelaskan tahap kegiatan dalam slide siklus bencana yang sudah disiapkan narasumber.
Proses ini dilengkapi oleh narasumber dengan mengajak anak-anak menilai situasi kekinian. Pra bencana, bencana dan pasca bencana menjadi istilah baru yang kemudian dipelajari bersama dengan mengkaji buku IDEP.
Kelompok Gunung Agung yang sudah membentuk Pokja diminta untuk menjelaskan hasil kajian mereka sesuai dengan posisi masing-masing anak dalam regu KMPB.
Peta lokasi sekolah dengan pernak-pernik yg mereka temukan sudah siap dipresentasikan. Dari paparan mereka, terlihat bahwa anak-anak masih kesulitan untuk memvisualisasikan temuan dalam bentuk maket yg diharapkan.
Narasumber kembali mengajak anak-anak untuk menemukan pengertian kerentanan, ancaman dan kapasitas dilengkapi dengan temuan baru terkait sumber daya yang terkena dampak saat bencana terjadi.
Fasilitator menemani anak-anak untuk mengelompokan sumber daya tersebut sebagai berikut : manusia, alam dan lingkungan, infrastruktur, finansial, sosial budaya dan kebijakan.
Pada tahap ini fasilitator sepakat untuk kembali mendampingi anak-anak untuk menelusuri daerah rawan bencana dari sekolah dan sanggar anak tempat mereka belajar.
Temuan di lapangan lengkap dengan profil sekolah dan monografi desa menjadi bahan untuk membuat sketsa peta risiko bencana.
Sketsa ini dipresentasikan dan dibahas bersama fasilitator untuk menetapkan rencana trans sector untuk pemetaan wilayah dan stakeholder utama sekolah dan desa.
Daerah yang sering terkena banjir menjadi tempat pertama yang dikunjungi bersama perangkat desa di desa Donomulyo
Diskusi mengenai lokasi, dampak dan faktor penyebab banjir langsung dilaksanakan di tempat.
Fasilitator menemani anak-anak untuk mengklarifikasi pernyataan dari pamong desa dan mendiskusikan rencana tindak lanjut dengan narasumber.
Narasumber bersama anak-anak langsung meninjau lokasi yang paling parah dan mewawancarai penduduk di lokasi terparah.
Ternyata penduduk yg terkena dampak adalah salah satu dari tiga satgas PB yg pernah dilatih satkorlak tahun 2006 lalu.
Fakta ini membantu narasumber bersama anak untuk menggali lebih dalam mengenai kejadian bencana dan kemungkinan sinergi PB di desa tersebut.
Anak-anak memutuskan untuk mengajak narasumber dan fasilitator, komite sekolah dan pamong desa ke sekolah. Hasil Penilaian kerentanan sekolah menjadi bahan kajian di lapangan. Beberapa temuan terkait penggunaan asbes dst menjadi bahan untuk kajian panduan penilaian lebih lanjut.
Narasumber kemudian mengajak komite sekolah dan anak-anak GSB untuk membaca satu per satu penilaian kerentanan sekolah tersebut di sanggar anak.
Disepakati untuk menuliskan rencana tindakan dalam kolom keterangan. Dan komite sekolah pun akhirnya sepakat untuk melibatkan anak dalam penyusunan Rencana Aksi Menuju Sekolah Aman. Hal ini sejalan dengan rencana rehabilitasi dan retrofitting yang sudah disepakati komite sekolah dengan KBA Lampung dan Childfund. Sekolah ini memang sudah diputuskan menjadi contoh sekolah ramah anak di Lampung Timur.
Narasumber mengklarifikasi kemungkinan penyusunan Rencana Aksi Menuju Sekolah Aman kepada kordinator KBA Lampung dan Childfund.
Direncanakan untuk memperbaiki rencana kerja Sekolah Ramah Anak dengan mengintegrasikan Panduan Sekolah Aman didalamnya. Narasumber bersepakat untuk mengajak konsultan penilai aset pada kegiatan monev yang akan dilaksanakan setelah anak-anak ulangan umum.
Anak-anak yg sudah menyusun struktur organisasi pokja sepakat untuk membuat bagan, tabel kontak internal, rincian kerja dan kontak external. Peta risiko bencana di sekolah dan desa pun sepakat disusun berdasarkan temuan bersama di lapangan. Dampak bencana terhadap keenam sumber daya ini menjadi alat untuk menilai dan melengkapi peta awal. Disepakati kemudian untuk merevisi peta lokasi sekolah menjadi peta risiko bencana di sekolah dan desa.
Sketsa revisi akan kembali dipresentasikan untuk mendapat masukan dari komite sekolah dan perangkat desa.
Narasumber diminta untuk menjelaskan tentang hubungan GSB dengan sekolah aman. Bahan presentasi yg disusun dan disampaikan Pak Iwan (WB) dan Pak Ardito (UNESCO) ditunjukkan untuk menyamakan persepsi awal sebelum kembali melihat definisi sekolah aman.
Diskusi berjalan dengan baik terkait pentingnya berikrar aman dan dalam posisi mana GSB ini. Ternyata apa yg dilaksanakan GSB sudah pada tahap sebagai JUARA terkait dengan upaya pengadaan tas siaga bencana dan bank PB yg mereka rencanakan juga komitmen untuk penilaian menyeluruh melibatkan ahli bangunan dan rencana retrofitting.
Besok, anak-anak yg hebat ini akan kembali melaksanakan cross learning dg GSB dari desa lain. Sketsa peta risiko bencana dan struktur pokja, kontak internal dan external, monografi desa dan profil sekolah lengkap dengan berkas rencana kontingensi akan mereka lengkapi bersama di Gunung Agung.
Oh ya, sebelum ditutup, anak-anak GSB meminta narasumber untuk mendampingi pengisian rencana kontingensi terutama dalam menetapkan kategori bencana.
Alhamdulillah, pada tahap ini aktivitas pokja GSB forum anak Donomulyo meyakinkan narasumber bahwa proses belajar singkat, padat, partisipatif dan kontekstual membantu memperkuat komitmen untuk menjaga keberlangsungan proses dengan memperluas dampak hasil belajar bersama masyarakat.
Mudah-mudahan akan segera tumbuh kembang mandiri sebuah gerakan kebangsaan pada usia anak melalui pelembagaan Gerakan Siswa Bersatu bangun budaya aman di sekolah dan komunitas.
Insya Allah...
Mereka merumuskan sendiri pengertian istilah bencana sebagai peristiwa yang menimbulkan kerusakan dan kehilangan nyawa.
Istilah risiko bencana direkonstruksi setelah mengambil pembelajaran dari diskusi terfokus untuk menyusun sejarah bencana di sekolah dan desa tempat tinggal masing-masing.
Mulai dengan mengingat lokasi, kejadian, penyebab, dampak dan coping mechanism selama bencana terjadi.
Metode kafe ilmu dengan pembelajaran yg diawali dg kata seharusnya ada... (Untuk setiap jawaban 5W+1H tiap kelompok) sangat membantu proses participatory learning untuk hal yang masih asing seperti istilah Pengurangan Risiko Bencana ini.
Alhamdulillah GSB dari 3 forum anak direncanakan untuk dibentuk mengikuti buku dari IDEP. Pada tahap ini narasumber kembali belajar bersama anak-anak dibantu fasilitator mengenai kehilangan dan kerusakan sampai menemukan bersama bahwa sekolah dipandang sebagai tempat yang paling aman untuk pengungsian selain tempat ibadah dan balai desa.
Tantangan berikutnya adalah, Amankah sekolahku?
Panduan Rehabilitasi Teknis Sekolah Aman dalam DAK Pendidikan yg dihasilkan BNPB dengan Tim Teknis Sekolah Aman dikaji bersama dengan praktek pengisian di tempat belajar.
Ada banyak istilah baru yang mendorong anak-anak untuk langsung mempraktekkan penilaian kerentanan sekolah ini dengan dampingan fasilitator dan menyusun peta risiko bencana dari hasil temuan mereka.
Buku IDEP dan panduan penilaian kerentanan sekolah menjadi rujukan CACT kerentanan sekolah.
Tahap berikutnya adalah memahami format contingency plan. Ferinda dibantu Vivi menjelaskan tahap kegiatan dalam slide siklus bencana yang sudah disiapkan narasumber.
Proses ini dilengkapi oleh narasumber dengan mengajak anak-anak menilai situasi kekinian. Pra bencana, bencana dan pasca bencana menjadi istilah baru yang kemudian dipelajari bersama dengan mengkaji buku IDEP.
Kelompok Gunung Agung yang sudah membentuk Pokja diminta untuk menjelaskan hasil kajian mereka sesuai dengan posisi masing-masing anak dalam regu KMPB.
Peta lokasi sekolah dengan pernak-pernik yg mereka temukan sudah siap dipresentasikan. Dari paparan mereka, terlihat bahwa anak-anak masih kesulitan untuk memvisualisasikan temuan dalam bentuk maket yg diharapkan.
Narasumber kembali mengajak anak-anak untuk menemukan pengertian kerentanan, ancaman dan kapasitas dilengkapi dengan temuan baru terkait sumber daya yang terkena dampak saat bencana terjadi.
Fasilitator menemani anak-anak untuk mengelompokan sumber daya tersebut sebagai berikut : manusia, alam dan lingkungan, infrastruktur, finansial, sosial budaya dan kebijakan.
Pada tahap ini fasilitator sepakat untuk kembali mendampingi anak-anak untuk menelusuri daerah rawan bencana dari sekolah dan sanggar anak tempat mereka belajar.
Temuan di lapangan lengkap dengan profil sekolah dan monografi desa menjadi bahan untuk membuat sketsa peta risiko bencana.
Sketsa ini dipresentasikan dan dibahas bersama fasilitator untuk menetapkan rencana trans sector untuk pemetaan wilayah dan stakeholder utama sekolah dan desa.
Daerah yang sering terkena banjir menjadi tempat pertama yang dikunjungi bersama perangkat desa di desa Donomulyo
Diskusi mengenai lokasi, dampak dan faktor penyebab banjir langsung dilaksanakan di tempat.
Fasilitator menemani anak-anak untuk mengklarifikasi pernyataan dari pamong desa dan mendiskusikan rencana tindak lanjut dengan narasumber.
Narasumber bersama anak-anak langsung meninjau lokasi yang paling parah dan mewawancarai penduduk di lokasi terparah.
Ternyata penduduk yg terkena dampak adalah salah satu dari tiga satgas PB yg pernah dilatih satkorlak tahun 2006 lalu.
Fakta ini membantu narasumber bersama anak untuk menggali lebih dalam mengenai kejadian bencana dan kemungkinan sinergi PB di desa tersebut.
Anak-anak memutuskan untuk mengajak narasumber dan fasilitator, komite sekolah dan pamong desa ke sekolah. Hasil Penilaian kerentanan sekolah menjadi bahan kajian di lapangan. Beberapa temuan terkait penggunaan asbes dst menjadi bahan untuk kajian panduan penilaian lebih lanjut.
Narasumber kemudian mengajak komite sekolah dan anak-anak GSB untuk membaca satu per satu penilaian kerentanan sekolah tersebut di sanggar anak.
Disepakati untuk menuliskan rencana tindakan dalam kolom keterangan. Dan komite sekolah pun akhirnya sepakat untuk melibatkan anak dalam penyusunan Rencana Aksi Menuju Sekolah Aman. Hal ini sejalan dengan rencana rehabilitasi dan retrofitting yang sudah disepakati komite sekolah dengan KBA Lampung dan Childfund. Sekolah ini memang sudah diputuskan menjadi contoh sekolah ramah anak di Lampung Timur.
Narasumber mengklarifikasi kemungkinan penyusunan Rencana Aksi Menuju Sekolah Aman kepada kordinator KBA Lampung dan Childfund.
Direncanakan untuk memperbaiki rencana kerja Sekolah Ramah Anak dengan mengintegrasikan Panduan Sekolah Aman didalamnya. Narasumber bersepakat untuk mengajak konsultan penilai aset pada kegiatan monev yang akan dilaksanakan setelah anak-anak ulangan umum.
Anak-anak yg sudah menyusun struktur organisasi pokja sepakat untuk membuat bagan, tabel kontak internal, rincian kerja dan kontak external. Peta risiko bencana di sekolah dan desa pun sepakat disusun berdasarkan temuan bersama di lapangan. Dampak bencana terhadap keenam sumber daya ini menjadi alat untuk menilai dan melengkapi peta awal. Disepakati kemudian untuk merevisi peta lokasi sekolah menjadi peta risiko bencana di sekolah dan desa.
Sketsa revisi akan kembali dipresentasikan untuk mendapat masukan dari komite sekolah dan perangkat desa.
Narasumber diminta untuk menjelaskan tentang hubungan GSB dengan sekolah aman. Bahan presentasi yg disusun dan disampaikan Pak Iwan (WB) dan Pak Ardito (UNESCO) ditunjukkan untuk menyamakan persepsi awal sebelum kembali melihat definisi sekolah aman.
Diskusi berjalan dengan baik terkait pentingnya berikrar aman dan dalam posisi mana GSB ini. Ternyata apa yg dilaksanakan GSB sudah pada tahap sebagai JUARA terkait dengan upaya pengadaan tas siaga bencana dan bank PB yg mereka rencanakan juga komitmen untuk penilaian menyeluruh melibatkan ahli bangunan dan rencana retrofitting.
Besok, anak-anak yg hebat ini akan kembali melaksanakan cross learning dg GSB dari desa lain. Sketsa peta risiko bencana dan struktur pokja, kontak internal dan external, monografi desa dan profil sekolah lengkap dengan berkas rencana kontingensi akan mereka lengkapi bersama di Gunung Agung.
Oh ya, sebelum ditutup, anak-anak GSB meminta narasumber untuk mendampingi pengisian rencana kontingensi terutama dalam menetapkan kategori bencana.
Alhamdulillah, pada tahap ini aktivitas pokja GSB forum anak Donomulyo meyakinkan narasumber bahwa proses belajar singkat, padat, partisipatif dan kontekstual membantu memperkuat komitmen untuk menjaga keberlangsungan proses dengan memperluas dampak hasil belajar bersama masyarakat.
Mudah-mudahan akan segera tumbuh kembang mandiri sebuah gerakan kebangsaan pada usia anak melalui pelembagaan Gerakan Siswa Bersatu bangun budaya aman di sekolah dan komunitas.
Insya Allah...
Langganan:
Postingan (Atom)