Senin, 13 Juni 2011

Berbincang-Bincang Dengan Ibu Posyandu Dago Jati

Seharusnya minggu ini adalah pendampingan ibu-ibu Dago Jati memasuki minggu ke – 6.

Tetapi pendampingan pada minggu ini tidak dapat dilakukan karena Ibu-ibu Dago Jati sedang ada acara yang lain. Padahal saya sudah menyiapkan APE (Alat Permainan Edukatif) untuk bermain bersama anak-anak mereka. APE yang sudah saya siapkan yaitu kertas berwarna yang digambar bentuk segi tiga, segi empat dan lingkaran, untuk nanti digunting dan kemudian direkatkan dengan lem sesuai dengan gambar dan bentuk yang sudah disediakan. Melalui permainan ini kita dapat mengenalkan macam-macam bentuk dan juga warna kepada anak-anak. APE ini saya sesuaikan dengan ketentuan APE untuk stimulasi tumbuh kembang anak usia 3-6 tahun.

Berhubung ibu-ibunya dan juga anak-anaknya sedang tidak ada, maka saya pun melanjutkan perjalanan saya menuju rumah Ibu Posyandu. Ibu Posyandu Dago jati RT 4 ini bernama Ibu Susi, satu RT dengan Ibu Fatma, Ibu Kokom, dan Ibu Nia. Begitu saya sampai ke rumahnya kebetulan Ibu Posyandu sedang ada di rumah. Dan saya pun berbincang-bincang dengannya. Ini lah hasil perbincangan saya dengan Ibu Posyandu Dago Jati RT 4.

Ibu Susi sudah cukup lama aktif di Posyandu, sehingga sudah cukup hapal dengan nama-nama warga terutama ibu-ibu Dago Jati, khususnya yang memiliki balita. Menurut Ibu Susi, jumlah balita di Dago Jati RT 4 ini berjumlah sekitar 75 balita. Diantaranya terdapat sekitar 15 balita berasal dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Jumlah 75 balita ini sudah termasuk jumlah balita dari para mahasiswa yang kuliah sambil membawa anak-anaknya ke tempat kost mereka. Ini pun di data oleh Ibu Susi dengan mendatangi langsung ke rumah-rumah/kost-an mereka. Apabila warga baru atau para mahasiswa ini sudah melakukan kewajibannya yaitu melapor ke RT, maka pasti langsung di data oleh Posyandu. Adapun kalau ada warga baru atau para mahasiswa yang memiliki balita tapi tidak terdata oleh Posyandu, biasanya karena mereka belum lapor ke RT setempat.

Pelayanan yang diberikan di Posyandu diantaranya penimbangan, pengukuran tinggi badan, imuinisasi yang diberikan oleh Dokter yang datang ke Posyandu, serta pemberian makanan bergizi, dan pemberian vitamin pada waktu-waktu tertentu. Adapun biaya untuk pemberian konsumsi makanan bergizi bagi balita-balita didapatkan dari iuran ibu-ibu yang memiliki balita dan sumbangan dari Hotel Sheraton. Setiap ibu-ibu yang memiliki balita dimintai sumbangannya sebesar Rp.1000 perbulannya. Tetapi Ibu-ibu Posyandu pun tidak terlalu memaksakan, sumbangan ini bagi mereka yang berkenan mau menyumbang saja. Bagi yang tidak menyumbang pun tidak apa-apa dan tidak ada paksaan. Iuran ini selain untuk tambahan biaya konsumsi pemberian makanan bergizi para balita, juga untuk konsumsi Dokter yang datang ke Posyandu dan juga untuk para pengurus Posyandu.

Kegiatan Posyandu ini diadakan sebulan sekali, tiap hari Kamis pagi, jam 9:00. Apabila kegiatan Posyandu ini di adakan, Ibu Susi selalu mengumumkannya di masjid, untuk mengingatkan dan mengajak ibu-ibu yang memiliki balita agar datang ke Posyandu. Posyandu di RW tempat tinggal Ibu Susi ini terbagi dalam 3 sektor. RT 1,2,3 sektor I, RT 4,5,6 sektor II, dan RT 7,8,9 sektor III. Sedangkan Posyandu yang dikelola oleh Ibu Susi ini termasuk sektor II, sebab berada di RT 4.

Ibu Susi ini selain pengurus Posyandu, dia juga sekaligus sebagai guru Paud di Dago Jati. Paud tempat Ibu Susi mengajar ini bernama Paud Nirwana. Paud ini juga sudah cukup lama berdiri, sudah sekitar 7 tahunan. Pada awalnya murid-muridnya banyak, sekitar 100 orang murid, tetapi sekarang muridnya hanya tinggal 45 orang saja. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya berdiri paud-paud baru yang hampir selalu ada di setiap RW. Tetapi murid-murid yang sekolah di Paud Nirwana ini justru kebanyakkan malah dari RW lain dan dari kelurahan yang lain. Sedangkan anak-anak penduduk setempatnya yang sekolah di Paud Nirwana ini hanya 5 orang saja. Menurut Ibu Susi hal ini disebabkan karena sebagian warga ada yang belum sekolah walaupun sudah cukup umur untuk mengikuti sekolah di Paud. Adapun umur anak yang sudah bisa mengikuti sekolah di Paud ini menurut ibu Susi mulai usia 2-6 tahun. Sedangkan sebagian warga ada juga yang memilih sekolah lain yang menurut mereka lebih bagus.

Tenaga pengajar di Paud Nirwana saat ini ada 5 orang guru, salah satunya Ibu Susi. Biaya untuk bersekolah di Paud ini menurut ibu Susi adalah sebesar Rp.20.000 perbulan. Mengenai pembayaran, Ibu Susi pun memberikan keringanan dapat dibayar dengan cara mencicil Rp.5000 perminggu. Bahkan untuk warga yang memang sama sekali tidak mampu tetapi sangat ingin menyekolahkan anak-anaknya di Paud ini, Ibu Susi memberikan keringanan membayar semampunya atau kalau memang tidak mampu sama sekali, tidak bayar pun tidak apa-apa. Sepertinya masih banyak warga kurang mampu yang memiliki anak usia dini tidak mengetahui hal ini. Mungkin karena mereka kurang mengakses informasi, kurangnya bermasyarakat, atau kurangnya pendekatan dengan Ibu-Ibu pengurus Posyandu dan pengurus Paud.

Di RT 4 ini terdapat dua sekolah untuk anak usia dini, yaitu Paud Nirwana dan TPA Nurul Fikri. Hanya saja TPA Nurul Fikri ini lebih menekankan pada belajar Iqra. Biaya sekolah ini sebesar Rp. 50.000 perbulan.

Sarana prasarana di Paud Nirwana ini sudah cukup lengkap, sebab ibu-ibu pengelola Paud Nirwana ini tak pernah ketinggalan untuk terus mengikuti perkembangan materi-materi baru pengembangan anak usia dini di Departemen Pendidikan. Serta terus mengajukan proposal sehingga Paud Nirwana ini sudah cukup mendapatkan perhatian dari pemerintah serta mendapatkan dana untuk melengkapi sarana prasarana yang masih dibutuhkan atau untuk mengganti sarana prasarana yang sudah rusak.

Demikian catatan pertemuan saya dengan Ibu Susi, salah seorang penggerak Posyandu yang juga menjadi pengajar di PAUD yang ada di kawasan Dago Jati.

1 komentar:

Yanti Kerlip mengatakan...

Narasi yang luar biasa...terimakasih ya...
Ayo...tuliskan semua kisah setiap orang yang hadir...pasti sangat menarik