Dini hari itu hujan membasahi baju batik yang kukenakan. Putraku mengandalkan jaket kelas kebanggaannya memacu motor Vario di tengah keheningan. Handphoneku berdering berkali-kali ditelpon Cititrans yang sudah dipesankan Iwang jauh-jauh hari. Seharusnya aku langsung menuju bandara dan terbang bersama rombongan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ke Pontianak dengan travel langganan. Ternyata sore hari menjelang magrib, Pak Khumaidi dari Direktorat PSM Ditjen Dikdas Kemdikbud berhasil mengalihkan jadwal presentasi Sekolah Aman yang awalnya tanggal 26 Maret dan karenanya bentrok dengan jadwal presentasiku di Pontianak menjadi hari Senin pukul 08.00-09.00 WIB. Aku langsung meminta Zakky, putraku untuk memesan tiket dari Indomaret dan bersiap mengantarku ke stasiun.
Kereta api yang kutumpangi bergerak tepat waktu. Akupun sibuk merevisi bahan presentasi yang aku adopsi dari bahan Country Consultation ASEAN Safer School Innitiative yang dilaksanakan Plan Indonesia dengan dukungan multipihak. Sebelumnya aku menyiapkan bahan presentasi yang menunjukkan model implementasi di SMPN 11 Bandung dan di Forum Anak Lampung Timur. Namun setelah melihat materi kegiatan untuk Rapat Koordinasi, maka kuputuskan untuk menggabungkan keduanya.
Untuk mengantisipasi kemungkinan ada hambatan di jalan, aku sudah meminta Zamzam agar tiba di Hotel Jayakarta pukul 8.30.
Sayang sekali, Allah jua lah yang menentukan. Isu tentang demo besar-besaran di Jakarta membuat perjalanan KA Argo Parahyangan terhenti lebih dari 1 jam beberapa meter setelah stasiun Lemah Abang tanpa ada kejelasan akan sampai di gambir jam berapa. Alhamdulillah, aku bersyukur memutuskan turun dan meminta pegawai KA memesankan ojek. Meskipun tak bisa menjangkau rencana sosialisasi dalam rapat koordinasi yang dihadiri perwakilan dari 497 kabupaten/kota, aku tetap bersyukur karena bisa mengejar keberangkatan ke Pontianak.
Sebenarnya ada sedikit ganjalan ketika mendapat penjelasan dari pak Khumaidi diperkuat Zamzam bahwa pejabat Dit PSMP ternyata menghubungi Mbak Erita dari World Bank untuk mengisi kegiatan tersebut pada pukul 14.00 bahkan juga pada hari Kamis nanti. Yang sangat disayangkan adalah kehilangan kesempatan untuk menghantarkan praktik baik di Lombok dengan materi sosialisasi yang menggambarkan siapa, apa, kapan, bagaimana dan dimana para pemangku kepentingan dalam kampanye dan penerapan sekolah/madrasah aman dari bencana di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar