Minggu lalu Iwang membawa berkas-berkas yang disiapkan untuk mengurus pendaftaran KerLiP sebagai Orsos di Kota Bandung khususnya untuk pemberdayaan masyarakat dan penyuluhan pengurangan resiko bencana. Respon dari DInas Sosial Kota Bandung ternyata sangat cepat. Iwang menerima telpon dari Pak Indra tentang pertemuan dengan Bu Yayah untuk menindaklanjuti surat permohonan yang kami ajukan. Disepakati untuk bertemu pada hari Senin pukul 09.00 wib. Alhamdulillah.
Sebenarnya sejak subuh Iwang dan saya bersiap untuk pergi bersama-sama ke kantor Dinas Sosial Kota Bandung, namun karena Iyen masuk pagi, saya putuskan untuk mengajak Iyen kesana dengan pertimbangan lebih cepat dengan mengendarai motor. Sungguh sebuah kehormatan dapat bertemu dengan Pak Indra dan berbincang cukup lama dengan Bu Yayah. Proses pendaftaran KerLiP sebagai Orsos ternyata sangat mudah. Bu Yayah tidak hanya memberikan penjelasan tentang prosedurnya, tetapi juga merekomendasikan beberapa hal terkait berbagai kegiatan sosial yang sudah dilaksanakan KerLiP. Niat lama kami untuk mengurus Askesos untuk penguatan pelembagaan ORKESTRA di Dasawisma serta Kelompok Usaha Produktif Perempuan gayung bersambut dengan rekomendasi beliau.
Bu Yayah juga meminta kami untuk mengundang beliau saat penyuluhan pengurangan resiko bencana dilaksanakan melalui Roadshow ke sekolah/madrasah di Kota Bandung.
Kabar gembira ini segera kami bahas bersama Iwang, Aas dan Fitry di kantor kami. Iwang diminta untuk segera membuat jadwal Roadshow ke sekolah-sekolah yang mengikuti kegiatan Lomba Foto Essay dan pelatihan serta menyiapkan pelembagaan Koperasi yang tertunda karena berbagai hal.
Mudah-mudahan Allah meridhoi langkah-langkah kecil kami dalam upaya pemenuhan hak hidup bermartabat di Indonesia.
Selasa, 16 April 2013
Senin, 15 April 2013
Roadshow ke SMAN 1 Rancaekek
Gerbang SMPN 11 masih tertutup rapat ketika aku tiba diantar Zakky, putraku tersayang. Pagi ini kami janjian dengan Bu Nia, guru SMPN 11 Bandung untuk hadir dalam kegiatan Pengelolaan Sampah Berbasis Sekolah yang dilaksanakan OSIS SMAN 1 Rancaekek. Rupanya kami kepagian. Jam masih menunjukkan angka 5.55 wib. Kuputuskan untuk mengajak Zakky sarapan. Alhamdulillah, ada kupat tahu Singaparna di Pasar Ancol, tidak jauh dari lokasi sekolah. Tidak lama kemudian muncul sms konfirmasi dari Bu Nia. Tempat berkumpul dialihkan ke Alfa Mart depan PT Inti. Aku mampir di Yomart dekat Pasar Ancol sebelum berkumpul disana. Persis di halte depan Alfa Mart terlihat anak-anak SMPN 11 Bandung menunggu sahabat masing-masing untuk berjalan bersama-sama menuju sekolah.
Ami ditemani Mega datang menghampiriku disusul Bu Nia dengan VW Combi barunya. Seperti biasa papap yayang-nya Bu Nia mengantarkan kami ke lokasi. Kami pun berangkat menuju Rancaekek setelah Ria dan Rania tiba.
Ami, Ria, Mega dan Rani bergantian menceritakan kegiatan harian masing-masing. Senangnya. Ini pertama kalinya kami menggunakan VW Combi Bu Nia untuk menjangkau sekolah. Niat Ami untuk menjadi presiden di masa depan menjadi pusat obrolan yang menarik. Beberapa rencana untuk menggabungkan aktivitas masing-masing menjadi sekolah kehidupan di wilayah dampingan menambah semangat kami.
Bu Dinar, guru Biologi SMAN 1 Rancaekek menyambut kedatangan kami di ruang tamu. Cukup lama kami menyadari keterhubungan masing-masing. Rupanya aku dan Dinar satu almamater di SMPN 5 Bandung. Sedangkan Bu Nia satu angkatan di Biologi Unpad dengan Dinar. Wah, dengan berbagai kesamaan dalam hal unjuk peduli pada semesta nampaknya menjadi modal untuk tumbuh bersama. Kami sepakat untuk menggiatkan Gerakan Indonesia Ramah Anak bersama Keluarga Peduli Pendidikan di SMAN 1 Rancaekek.
Lebih menarik lagi ketika berkenalan dengan Kepala SMAN 1 Rancaekek. Spontanitasnya untuk menghubungkan kenalan keluarga Pak Alan, kepala Sekolah, dengan aktivitas KerliP memperkuat hasrat kami untuk menyelaraskan gagasan dan harapan. Kami pun sepakat untuk membuat MoU terkait Penerapan Sekolah Ramah Anak di SMAN 1 Rancaekek. Alhamdulillah.
Seminar Keep Clean Our School at SMAN 1 Rancaekek
Anak-anak MPK dan OSIS sudah memenuhi ruangan yang disiapkan untuk Seminar. Keriuhan di lapangan tidak membuat mereka bergeming menyimak paparan dari Ami, Ria, Rania, Mega, Bu Nia, dan aku. Ada lomba menghias tong sampah antar kelas di lapangan setelah apel pagi yang cukup panjang. Kepala Sekolah membuka kegiatan seminar dengan cerita Sangkuriang dan terbentuknya Bandung antara mitos dan realita.
Menarik menyimak cara beliau bertutur diperkuat dengan buku Unfinished Journal yang dibeli oleh putranya yang masih duduk di kelas 6. Anak-anak pun menikmati paparan beliau yang terhubung dengan konteks tempat dimana mereka tinggal sehari-hari. Aku sendiri cukup antusias mendengar beberapa tempat seperti Leuwi Dulang dan Sanghyang Tikoro tempat KerLiP berkegiatan. Keterhubungan ini memperkuat semangat kami untuk bersama-sama mewujudkan peradaban yang lebih indah, damai dan aman mulai dengan Go To Zero Waste School-nya Ami.
Small Heroes, Big Action
Kemampuan Ami dalam mengkomunikasikan gagasan dan prakktek-praktek baiknya selalu menakjubkan, Saat-saat paling memukau adalah ketika Ami dengan lugas menuturkan berbagai fakta dan praktek di lapangan dengan menyertakan teman-teman sebayanya. Ami menyampaikan tentang permasalahan sampah di kota Bandung dan sumber inspirasinya-Bu Nia. Kisah perjalanan Bandung bercerita yang digagas Ami dkk lengkap dengan kecerdasan anak-anak yang ditemui dalam kegiatan tersebut menambah asyik paparan pagi ini.
Ria, adik kelas Ami di SMPN 11 Bandung menjadi sumber inspirasi berikutnya. Isu kesehatan reproduksi perempuan melalui rintisan Jamban Bersih, sehat dan Jujur-nya Ria jadi terasa renyah untuk dicerna. Ria menunjukkan betapa anak-anak semuda dia bisa melakukan langkah-langkah nyata untuk kemanusiaan. Berbagai penghargaan yang diterima Ami dan Ria turut memperkuat hal ini.
Penampilan perdana Rania dalam menyampaikan keinginannya agar English is fun dinikmati semua anak Indonesia menjadi daya tarik tersendiri. Aku sangat terharu dan bangga mendengar Mega, teman sekelas Ami menyampaikan cita-citanya untuk menjadi Guru SLB.
Ami dan Ria adalah anak-anak yang tumbuh dalam dampingan bu Nia, teacher changemaker yang kini juga menjadi pengawas Perkumpulan KerLiP. bagi Bu Nia, jejaring adalah kekuatan pendukung yang berperan penting dalam unjuk peduli yang dilakukan bersama anak-anak didiknya. Aku pun diperkenalkan sebagai salah satu jejaring terkuat yang menghantarkan praktek-praktek baik di SMPN 11 Bandung ke tingkat nasional, regional Asia Pasifik bankan sebentar lagi meng-global. Aku mengjak anak-anak untuk menyanyikan lagu Evakuasi Gempa dalam kesempatan yang diberikan bu Nia untuk berbicara didepan mereka. Anak-anak juga diajak untuk menjaga kontak melalui facebook, HP, email, dst. Mereka akhirnya membuat daftar nama lengkap untuk kubawa pulang.
Bu Nia menyampaikan pengalamannya dalam mengembangkan pengelolaan sampah berbasis sekolah. Materi paparan hari ini diakhiri dengan presentasi dari kang Budi, alumni SMAN 1 Rancaekek yang juga pendamping Pecinta Alam di skeolah tersebut.
Tantangan
Ramdhan, ketua OSIS yang mengantar kami ke toilet guru ketiban "rizki". Aku segerea menghampiri Ramdhan saat keluar dari toilet mendengar dari bu Nia dan kusaksikan sendiri, Bu Lisna, guru kebumian di SMAN 1 Rancaekek, 'memarahi'nya. Bu Lisna ternyata mengikuti kegiatan pelatihan yang kami laksanakan bersama SEAMEO for Qitep in Science di P4TK IPA. Dalam kegiatan rersebut, Arlian, Devita, Daulika, Agung menjadi narasumber mewakili GSB MSA SMPN 11 Bandung. Oh ya, selain Bu Lisna, Pak Kepala SMAN 1 Rancaekek juga hadir dalam pelatihan tersebut. Ini menjadi titik perhatian yang sama dalam perbincangan kami. Bu Nia hanya sebentar menemani kami dan menegaskan hubungan persahabatnnya dengan Bu Dinar. Beberapa informasi yang disampaikan Bu Lisna menjadi tantangan tersendiri. Aku pun kembali ke ruangan seminar setelah berkenalan dengan Bu Enung, guru seni dan Bu Nunung guru matematika SMAN 1 Rancaekek.
Tidak lama kemudian acara seminar ditutup. Bu Dinar membawa kami untuk makan siang bersama di sebuah rumah makan seberang Al Ma'soem. Kami pun jadi bertambah dekat.
Makna persahabatan
Diskusi tentang sahabat menjadi pembicaraan menarik dalam perjalanan pulang. Kami sepakat untuk menyatukan langkah dengan rencana aksi nyata. Tanggal 21 April, anak-anak sepakat akan unjuk kartini Muda mengawali kembali Kafe Ilmu KerLiP di Dago Car Free Day. Kami juga bersepakat untuk menyusun rencana bersama menjangkau desa dan komunitas dampingan sebagai basis gerakan membangun indonesia ramah anak bersama keluarga peduli pendidikan. Ami, Ria, Riana, Mega juga Fatimah dkk akan menjadi narasumber-narasumber utama dalam membangun komunitas indah, damai dan aman (idaman) di kampung Harapan, Karang Taruna dampingan Ami dan desa peradaban dampingan kerLiP.
Mari ber-GeMBIRA bersama KerLiP
Ami ditemani Mega datang menghampiriku disusul Bu Nia dengan VW Combi barunya. Seperti biasa papap yayang-nya Bu Nia mengantarkan kami ke lokasi. Kami pun berangkat menuju Rancaekek setelah Ria dan Rania tiba.
Ami, Ria, Mega dan Rani bergantian menceritakan kegiatan harian masing-masing. Senangnya. Ini pertama kalinya kami menggunakan VW Combi Bu Nia untuk menjangkau sekolah. Niat Ami untuk menjadi presiden di masa depan menjadi pusat obrolan yang menarik. Beberapa rencana untuk menggabungkan aktivitas masing-masing menjadi sekolah kehidupan di wilayah dampingan menambah semangat kami.
Bu Dinar, guru Biologi SMAN 1 Rancaekek menyambut kedatangan kami di ruang tamu. Cukup lama kami menyadari keterhubungan masing-masing. Rupanya aku dan Dinar satu almamater di SMPN 5 Bandung. Sedangkan Bu Nia satu angkatan di Biologi Unpad dengan Dinar. Wah, dengan berbagai kesamaan dalam hal unjuk peduli pada semesta nampaknya menjadi modal untuk tumbuh bersama. Kami sepakat untuk menggiatkan Gerakan Indonesia Ramah Anak bersama Keluarga Peduli Pendidikan di SMAN 1 Rancaekek.
Lebih menarik lagi ketika berkenalan dengan Kepala SMAN 1 Rancaekek. Spontanitasnya untuk menghubungkan kenalan keluarga Pak Alan, kepala Sekolah, dengan aktivitas KerliP memperkuat hasrat kami untuk menyelaraskan gagasan dan harapan. Kami pun sepakat untuk membuat MoU terkait Penerapan Sekolah Ramah Anak di SMAN 1 Rancaekek. Alhamdulillah.
Seminar Keep Clean Our School at SMAN 1 Rancaekek
Anak-anak MPK dan OSIS sudah memenuhi ruangan yang disiapkan untuk Seminar. Keriuhan di lapangan tidak membuat mereka bergeming menyimak paparan dari Ami, Ria, Rania, Mega, Bu Nia, dan aku. Ada lomba menghias tong sampah antar kelas di lapangan setelah apel pagi yang cukup panjang. Kepala Sekolah membuka kegiatan seminar dengan cerita Sangkuriang dan terbentuknya Bandung antara mitos dan realita.
Menarik menyimak cara beliau bertutur diperkuat dengan buku Unfinished Journal yang dibeli oleh putranya yang masih duduk di kelas 6. Anak-anak pun menikmati paparan beliau yang terhubung dengan konteks tempat dimana mereka tinggal sehari-hari. Aku sendiri cukup antusias mendengar beberapa tempat seperti Leuwi Dulang dan Sanghyang Tikoro tempat KerLiP berkegiatan. Keterhubungan ini memperkuat semangat kami untuk bersama-sama mewujudkan peradaban yang lebih indah, damai dan aman mulai dengan Go To Zero Waste School-nya Ami.
Small Heroes, Big Action
Kemampuan Ami dalam mengkomunikasikan gagasan dan prakktek-praktek baiknya selalu menakjubkan, Saat-saat paling memukau adalah ketika Ami dengan lugas menuturkan berbagai fakta dan praktek di lapangan dengan menyertakan teman-teman sebayanya. Ami menyampaikan tentang permasalahan sampah di kota Bandung dan sumber inspirasinya-Bu Nia. Kisah perjalanan Bandung bercerita yang digagas Ami dkk lengkap dengan kecerdasan anak-anak yang ditemui dalam kegiatan tersebut menambah asyik paparan pagi ini.
Ria, adik kelas Ami di SMPN 11 Bandung menjadi sumber inspirasi berikutnya. Isu kesehatan reproduksi perempuan melalui rintisan Jamban Bersih, sehat dan Jujur-nya Ria jadi terasa renyah untuk dicerna. Ria menunjukkan betapa anak-anak semuda dia bisa melakukan langkah-langkah nyata untuk kemanusiaan. Berbagai penghargaan yang diterima Ami dan Ria turut memperkuat hal ini.
Penampilan perdana Rania dalam menyampaikan keinginannya agar English is fun dinikmati semua anak Indonesia menjadi daya tarik tersendiri. Aku sangat terharu dan bangga mendengar Mega, teman sekelas Ami menyampaikan cita-citanya untuk menjadi Guru SLB.
Ami dan Ria adalah anak-anak yang tumbuh dalam dampingan bu Nia, teacher changemaker yang kini juga menjadi pengawas Perkumpulan KerLiP. bagi Bu Nia, jejaring adalah kekuatan pendukung yang berperan penting dalam unjuk peduli yang dilakukan bersama anak-anak didiknya. Aku pun diperkenalkan sebagai salah satu jejaring terkuat yang menghantarkan praktek-praktek baik di SMPN 11 Bandung ke tingkat nasional, regional Asia Pasifik bankan sebentar lagi meng-global. Aku mengjak anak-anak untuk menyanyikan lagu Evakuasi Gempa dalam kesempatan yang diberikan bu Nia untuk berbicara didepan mereka. Anak-anak juga diajak untuk menjaga kontak melalui facebook, HP, email, dst. Mereka akhirnya membuat daftar nama lengkap untuk kubawa pulang.
Bu Nia menyampaikan pengalamannya dalam mengembangkan pengelolaan sampah berbasis sekolah. Materi paparan hari ini diakhiri dengan presentasi dari kang Budi, alumni SMAN 1 Rancaekek yang juga pendamping Pecinta Alam di skeolah tersebut.
Tantangan
Ramdhan, ketua OSIS yang mengantar kami ke toilet guru ketiban "rizki". Aku segerea menghampiri Ramdhan saat keluar dari toilet mendengar dari bu Nia dan kusaksikan sendiri, Bu Lisna, guru kebumian di SMAN 1 Rancaekek, 'memarahi'nya. Bu Lisna ternyata mengikuti kegiatan pelatihan yang kami laksanakan bersama SEAMEO for Qitep in Science di P4TK IPA. Dalam kegiatan rersebut, Arlian, Devita, Daulika, Agung menjadi narasumber mewakili GSB MSA SMPN 11 Bandung. Oh ya, selain Bu Lisna, Pak Kepala SMAN 1 Rancaekek juga hadir dalam pelatihan tersebut. Ini menjadi titik perhatian yang sama dalam perbincangan kami. Bu Nia hanya sebentar menemani kami dan menegaskan hubungan persahabatnnya dengan Bu Dinar. Beberapa informasi yang disampaikan Bu Lisna menjadi tantangan tersendiri. Aku pun kembali ke ruangan seminar setelah berkenalan dengan Bu Enung, guru seni dan Bu Nunung guru matematika SMAN 1 Rancaekek.
Tidak lama kemudian acara seminar ditutup. Bu Dinar membawa kami untuk makan siang bersama di sebuah rumah makan seberang Al Ma'soem. Kami pun jadi bertambah dekat.
Makna persahabatan
Diskusi tentang sahabat menjadi pembicaraan menarik dalam perjalanan pulang. Kami sepakat untuk menyatukan langkah dengan rencana aksi nyata. Tanggal 21 April, anak-anak sepakat akan unjuk kartini Muda mengawali kembali Kafe Ilmu KerLiP di Dago Car Free Day. Kami juga bersepakat untuk menyusun rencana bersama menjangkau desa dan komunitas dampingan sebagai basis gerakan membangun indonesia ramah anak bersama keluarga peduli pendidikan. Ami, Ria, Riana, Mega juga Fatimah dkk akan menjadi narasumber-narasumber utama dalam membangun komunitas indah, damai dan aman (idaman) di kampung Harapan, Karang Taruna dampingan Ami dan desa peradaban dampingan kerLiP.
Mari ber-GeMBIRA bersama KerLiP
Langganan:
Postingan (Atom)