Minggu, 30 November 2014

BELAJAR DARI PALANG MERAH REMAJA THAILAND MENJADI YOUTH VOLUNTEERS SEBUAH GERAKAN CERDAS YANG MENGAGUMKAN DAN BERKELANJUTAN -Narasi Bu Nia 5 Juli 2014

Semoga saya tidak salah menangkap makna dari proses pembelajaran bersama anak-anak muda di Bangkok yang luar biasa hebat ini. Selama ini saya belum pernah terlibat dalam pendampingan ekskul PMR (Palang Merah Remaja), jadi saya tidak terlalu yakin apakah di Indonesia dilakukan hal yang sama atau tidak. Tetapi sejauh pengamatan saya, PMR di sekolah-sekolah (khususnya di tingkat SMP) hanya melakukan kegiatan dalam bimbingan guru pendamping, apakah itu guru dari sekolah yang bersangkutan ataukah ada orang lain (termasuk alumni) yang dilibatkan dalam proses pendampingan. Saya belum melihat adanya inisiatif dari setiap anggota PMR yang melibatkan dirinya dalam suatu gerakan kerelawanan. Kalaupun ada, itu masih digerakkan oleh “pendamping” nya. Misalnya setiap ada bencana banjir ataukah longsong maka mereka “ramai-ramai” mengumpulkan makanan instan maupun pakaian bekas layak pakai untuk disumbangkan. Atau kegiatan rutin dalam rangka mengikuti berbagai lomba yang terkait dengan P3K. Setelah itu dilakukan maka selesai sudah kegiatannya.

Lain halnya yang saya lihat di Thailand. Saat saya mengikuti sesi yang dilakukan oleh Ms. Sasinat Chindapol-Dia adalah seorang Ambassador of Safe Schools/Children and Youth, Thai red Cross Youth. Ternyata kegiatan yang dilakukannya sudah fokus pada kegiatan Penangguangan Resiko Bencana atau PRB. Mereka melibatkan diri secara langsung, baik dalam tahap perbaikan sarana publik, misalnya membersihkan jalan-jalan pasca banjir, ataukah membantu menyediakan makanan di posko dapur umum, maupun dalam penanganan psikososial bagi korban bencana yaitu membantu pemulihan psikis dengan cara mengajak ngobrol dan memberikan harapan hidup saat melakukan kunjungan ke penampungan, semacam kegiatan psikososial yang digagas mereka secara volunteer.

Selain itu, mereka memiliki tiga program kegiatan yang terencana dengan baik dan tentu saja berkesinambungan yaitu:
1. Kegiatan yang dilakukan di sekolah yaitu Sosialisasi dan promosi pengetahuan tentang kebencanaan:
a. Memiliki kurikulum PRB
b. Pelatihan program untuk pertolongan pertama, serta pencarian dan penyelamatannya
c. Melakukan kajian pengetahuan terkini secara berkala.

2. Pengalaman langsung sebagai Youth Volunteers:
a. Magang dalam organisasi kepemudaan dan organisasi yang terkait dengn PRB
b. Partisipasi langsung maupun tidak langsung dalam membantu korban bencana.
c. Belajar secara langsung dari sumbernya terkait dengan PRB.

3. Berbagi informasi melalui FB, Twiter, Instagram, Line, dan kekuatan media sosial lainnya dalam penyebaran informasi yang terkait dengan PRB.


Selain paparan di atas, mereka juga memiliki “Learning Centers for Youth” yaitu semacam tempat belajar untuk melatih dan belajar tentang PRB yang memiliki beberapa keunggulan :
1. Aman
2. Memiliki pelatih yang berkualitas dan siap dengan sumber dayanya
3. Dapat diakses di banyak tempat.

Pengalaman belajar ini sangat luar biasa dan berarti sekali karena saya dapat mengetahui bagaimana mereka melakukan kegiatan yang berkesinambungan. Dengan demikian, saya secara pribadi dapat memperbaiki kekurangan yang selama ini saya rasakan saat mengerjakan sebuah project bersama dengan anak-anak.

Temuan penting yang saya bandingkan adalah youth volunteers yang sudah ada sekarang belum menjadi gerakan miliknya, masih dikerjakan karena ada “perintah” dari pembimbing atau dari sekolah, inisiatif pribadi belum terbangun dengan baik, dan masih memiliki “ego” pribadi yang begitu besar. Selain itu juga para fasilitator-nya belum bisa menahan diri untuk tidak memberitahu apa yang harus dilakukan oleh para youth volunteers sehingga rasa ingin tahu mereka nyaris tidak dapat muncul.

Terimakasih bu Yanti, telah memberi saya kesempatan untuk belajar hal lain. Semoga pengalaman belajar ini dapat memberikan kontribusi yang berarti untuk anak muda di Indonesia. Bahwa melaksanakan sekolah aman dan ramah anak tidak hanya sekedar tercantum dalam dokumen sekolah saja tetapi memang benar-benar dapat diterapkan untuk dilaksanakan sepenuhnya oleh sekolah dan anak-anaklah yang harus mendapatkan manfaat terbesarnya.

Tetap Semangat Melakukan Perubahan.
Nia Kurniati.
Changemakers Teacher Ashoka Indonesia.


KUTITIPKAN SEKEPING HATI…UNTUKNYA -narasi Bu Nia Kurniati

Melihat foto kiriman bang Dedi tentang “A New Leader of Agent Mesra” dan Frendy Rendy Karnes yang telah bersedia menjadi bagian dari babak cerita berikutnya, ingin rasanya segera terbang ke sana dan menjabat tangan mereka dengan hangat bahkan mungkin memeluk mereka satu persatu…pelukan seorang sahabat…tidak lebih… betapa rindu ini begitu besar. Maka akan kutitipkan saja sekeping hati ini, untuk mereka, semoga mereka mampu merasakan kehadiran saya ya Bang Dedi…
Saya merasa masih memiliki banyak janji pendampingan pada para agent Mesra, mudah-mudahan Bang Dedi dan teman-teman bersedia menjadi bagian dari proses belajar mereka, karena saya yakin, mereka membutuhkan pendampingan itu..sampai mereka merasa yakin mampu melakukannya sendiri.
Saya mencoba mengingat kembali bagaimana Frendy. Kesan pertama tentangnya, saya merasakan ada keunikan-tapi saya tidak tahu apakah itu. Dengan wajahnya yang imut-imut, cukup pendiam dan sedikit malu-malu. saya dan Ami mencoba menebak-nebak, apa yang dia miliki karena kami yakin dibalik diamnya akan tersimpan segudang potensi. Ami sempat berkata pada saya, “ Frendy mirip orang korea ya bu…” dan tentu saja saya setuju dengan pandangan Ami.
Sementara perhatian saya tidak tertuju padanya, anak ini memberi saya kejutan saat sesi Mandala Diri ternyata dia sangat mahir menyanyikan lagu “Suckseed”, dalam bahasa aslinya maupun dia terjemahkan apa arti dari lagu tersebut. Dari mandala dirinya yang dikirimkan Nita melalui chating online, ternyata kesan teman-teman terhadapnya adalah -setia kepada sahabat -tegar -berjiwa setia hal mencipta ; membuat nasi goreng -teledor -tidak berhati-hati terburu-buru hal mengesankan ; belajar mengendarai -lucu -semangat -ceroboh hal bangga ; saya terlahir sebagai frendi karnes - penyayang - penyabar – nakal.

Keterkejutan saya tidak berakhir sampai disini, karena dia menuliskan kesan pertamanya tentang pendampingan kami. Aku sangat senang dalam kegiatan membuat papan mimpi apalagi waktu persentasinya saya sangat grogi. Pada hari itu saya sangat gugup karena itu adalah pertama kalinya aku persentasi di depan banyak teman, guru dan para kerlip.dan yang paling saya sukai juga adalah ketika banyak orang yang bertepuk tangan untukku dan saya dapat mengambil hikmahnya dari kegiatan tersebut, yakni saya sudah PD berbicara di depan umum, yang dulunya pemalu, pendiam, tak banyak cakap, tapi sekarang aku bisa. Terimakasi kepada kakak dan ibu dari kerlip.Dari pernyataannya, mulai terkuak sedikit potensi terpendamnya. Tetapi yang lebih penting adalah kami dari Kerlip sudah berhasil membangun rasa percaya dirinya. Dari pengalaman beberapa tahun melakukan pendampingan, biasanya jika PD itu sudah muncul maka ide-ide cemerlang akan muncul menyertainya, bahkan sering kali sulit dibendung, seperti Ami-ku… :D :D

Pada saat itu, saya dan Ami kembali menduga-duga tentang kejutan yang akan Frendy perlihatkan berikutnya dalam Festival Gembira. Hipotesanya adalah dia akan menyanyi dengan suara merdunya, mungkin berduet dengan Asri, mungkin akan diiringi alunan gitar-nya abang Hendy. Ternyata dugaan kami salah. Dia berhasil melampaui batas kemampuan yang dimilikinya, tentang hal mencipta, yaa…dia menciptakan lagu yang bertutur tentang perasaannya bersama teman dan kerlip, tentang perasaannya bagaimana dia merasa dihargai. Betapa saya terharu dan sangat bahagia menyaksikan kecepatan tumbuhnya… Maka tidaklah heran, jika kemudian dia memutuskan untuk menjadi penerus “Kerajaan Agent Mesra”.

Hingga hari ini, saya belum mendapat jawabannya, sayapun belum tahu apa yang harus saya lakukan agar para agent Mesra menemukan keunikannya, tetapi saya mulai menemukan keterkaitan antar anggota agen mesra lainnya. Melihat abang Hendi, Yosi, Asri dan Fredy, serta teman-teman lainnya tumbuh dan berproses, ternyata ada 2 kekuatan utama yang dimiliki para agent Mesra Kabanjahe. 2 Kekuatan itu adalah dalam hal seni dan budaya. Dengan anugrah suara emas dan kental dengan budaya dari sang leluhur, menjadikan mereka pribadi yang unik, tidak ditemukan di belahan bumi manapun, hanya mereka…ya, keunikan itu hanya milik mereka.

Semoga Bang Dedi bersedia membantu mereka menguatkan keunikan nya, melalui lirik dan lagu yang dibalut dengan budaya leluhur, kemudian menuliskan setiap proses belajar yang mereka lakukan… dan Bang Dedi-lah ahlinya untuk memoles setiap tulisan mereka menjadi tulisan indah yang siap dibagikan sebagai bagian dari perubahan yang mampu menginspirasi gererasinya.

Dalam benak saya, ada beberapa hal yang perlu digali lebih dalam dari diri mereka. Bantulah mereka menemukan bagaimana cara yang akan mereka lakukan untuk memberitahu banyak orang tentang gerakan mereka dan betapa pentingnya perlindungan untuk para penyitas anak. Jika akan melalui lirik dan lagu, perkuat dengan kearifan lokalnya. Gunakan bahasa Karo sehingga akan lebih mudah diterima dan dimengerti. Perkuat juga dengan penggunaan alat musik tradisional, sehingga keunikannya akan terlihat jelas. Menurut pendapat saya, penggunaan bahasa lokal akan menumbuhkan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, mungkin suatu saat nanti (tidak menutup kemungkinan) mereka para agen Mesra akan membangun daerahnya menjadi salahsatu desa yang layak anak (maaf bang Dedi, saya lebih suka dengan sebutan desa daripada kota ^_^).

Harapan terbesar dari perjalanan proses belajar ini adalah saya akan terus melihat senyum bahagia mereka dan kehadiran saya dapat mereka rasakan walaupun sebenarnya saya tidak ada bersama mereka.

Kali ini, akan kutitipkan sekeping hati penuh cinta, seperti 3 proklamasi hati itu….

Proklamasi pertama : aku juga mencintamu
Proklamasi kedua : aku hadir demi kamu
Proklamasi ketiga : akulah sahabatmu

Semoga bang Dedy selalu diberkati Tuhan dan sehat selalu..
Salam hangat saya,
Nia Kurniati
Changemakers Teacher Ashoka Indonesia