Jumat, 10 Mei 2013

Asyiknya menemukan "key building blocks"-Narasi Fitry

Ahem, bismillahirrahmanirrahiiim, assalamualaikum teman-teman. Sebaiknya diasumsikan ditulis agar semua orang bisa baca ya, bagian pribadinya di-cut dulu walaupun sebetulnya masih di dalam rangkaian tema "mengapresiasi diri sendiri", hehehe.

Saya senang sekali bisa menyampaikan kata sambutan yang lebih lancar dibandingkan dengan Penobatan Duta Anak yang lalu di Ciparay. Terima kasih banyak telah memberikan kesempatan untuk berpartisipasi di kelompok kecil yang sebagian besar orang-orangnya sudah akrab di mata. Belajar dari sambutan Ibu yang selalu menyapa setiap orang yang mewakili kelompok dalam acara, saya juga berusaha meng-address setiap pihak di Penyusunan Direktori kemarin. Untungnya yang hadir memang pihak-pihak yang terlibat, jadi apresiasi saya bisa relevan. Dan bisa mengaddress pihak2 yang logonya baru diselipkan di spanduk di detik2 terakhir. Jadinya ternyata lumayan rapi, hehehe.

Alhamdulillah juga, sepanjang yang saya sadari, hanya sekali saya terselip menyebut "kalian" pada kelompok yang lebih suhu ini, dan segera membetulkannya. Yang ini harus saya sebutkan dulu karena waktu Pelatihan Fasilitator ini menjadi poin yang amat sangat memberatkan, karena kok rasanya kurang santun, di luar keinginan saya. Jadi senang rasanya bisa improve untuk yang satu ini.

Senang sekali rasanya melihat dari pihak hotel berinisiatif untuk memberikan Safety Briefing. Kalau dipikir-pikir lagi, mas-masnya agak nyelonong masuk aja sih, tanpa permisi tanpa angin hujan pengantar dulu hehehe. Teh Aas pastinya lebih tahu koordinasi dengan pihak hotel bagaimana, tapi yang jelas, saya dengar baru "akan koordinasi dengan Mbak Ida kalau perlu, kalau tidak, ya safety briefing dari kita juga ga masalah". Artinya, kalau memang belum sempat koordinasi dengan Mbak Ida, salut banget deh untuk Park Hotel dan inisiatif safety briefingnya! ^^ Tapi pasti lebih baik kalau inisiatif koordinasi dengan acaranya dulu, siapa tahu momennya akan lebih pas, karena di susunan acara kami pun, safety briefing sebetulnya baru akan dilakukan setelah Teh Aas as MC membuka acara.

Akhirnya saat acara dibuka, sebagian besar peserta sudah hadir. Bu Nia dan Arlian yang sudah sampai di hotel saat kami baru berangkat (hehe), kemudian Ben dan Rizki dari BuildChange, baru Pak Ageng dari PartnerAid, Pak Tajuddin dari MANSABA, Mas Riza dari Studio Driya Media, Om Jam sebagai narasumber dan perwakilan Seknas, dan Pak Yadi dari BPBD Jabar. Baru kemudian muncul Ilah sebagai perwakilan dari Kalyanamandira (gini bukan tulisannya ya?), dan Pak Hendi dari Disdik Jabar. Setelah sesi kedua, kafe ilmu hampir selesai, baru hadir dua orang perwakilan IOM, Mbak Leoni dan Mbak Widi. Tidak lupa juga tim dari KerLiP dan Green Smile dengan koordinasinya yang makin hebat, Aas, Iyen, Teh Iwang, Kang Sonny dan saya sendiri, hehe. Special thanks untuk Pak Yadi yang berkenan menjadi pembuka resmi acara.

Akhirnya kita bisa briefing dengan lebih matang daripada acara-acara sebelumnya, ya. Idealnya memang dilakukan sebelum peserta berdatangan untuk menulis absensi, tapi kita kan harus selalu menyiasati keterbatasan, jadi briefing pun lanjut meski sesekali dipotong untuk menyalami yang datang. Dan diingatkan Teh Aas untuk nyalaminnya nanti lagi aja, hehe, untungnya setelah Pak Tajuddin, belum ada lagi peserta yang datang sampai briefing selesai. Makasih untuk Arlian yang juga hadir, semoga bisa menjadi bahan pembelajaran untuk bagaimana jadi panitia acara sendiri. Saya juga belajar untuk lebih fokus dan briefing untuk koordinasi itu lebih ke yang bersifat teknis daripada konten.

Mengesankan bahwa segera setelah sesi pertama mulai cair, banyak masukan yang datang. Karena Om Jam hadir membawa banyak bahan, akhirnya Om Jam, Aas, dan saya bersama memutuskan Om Jam aja yang jadi sekaligus moderator, terutama karena tidak hadirnya narasumber lain sehingga bentuknya lebih berupa diskusi terbuka daripada panelling. Beberapa masukan datang mengenai outline, karena bahan yang khusus mengenai direktori dan sudah selesai sebetulnya ya itu, hehehe. Masukan dari Mas Riza tentang website memang lebih menekankan ke lesson learned, karena yang menarik pengunjung untuk membaca ya itunya. Dari Pak Hendi muncul masukan bahwa tujuan direktori bukan hanya menyebarluaskan lesson learned tapi juga secara gamblang disebutkan, untuk meningkatkan kesadaran multistakeholder terhadap pentingnya PRB, terutama pemerintah yang seharusnya memiliki "political will".

Akhirnya sesi pertama diwrap (meski saya akhirnya ikut corat-coret di depan padahal bukan moderator, hehehe) dengan Teh Aas menuliskan 3 pertanyaan untuk global platform. Bahasa Inggrisnya agak susah sih, terutama pertanyaan kedua. Karena kebetulan ada yang native English speaker, saya tanyakanlah ke Ben "key building blocks" itu maksudnya "blocks = obstacles" atau "building blocks = foundation". Ternyata lebih masuk ke yang kedua ya.

Istirahat, saya lumayan terkesan dengan makanan di hotelnya, hohoho. Gurame Bakar dan sambal kecapnya betul-betul enak, dan kue mousse mint chocolatenya, duh, kalau bukan dimakan terakhir, pasti bisa habis lebih dari dua. Sambutannya juga ramah, ruangannya terang alami, WCnya luas. Kacanya diburamkan bagian bawah karena yang terlihat di bawah hanya atap tetangga, tapi bagian atasnya menampilkan bebukitan Bandung yang hijau, jadi mata segar deh. Menarik, pengharum ruangannya sama dengan yang ada di ruangan rapat. Inginnya sih bawa pulang satu, hehe. Mushollanya juga sangat dekat dengan ruang rapat, luas, dan terang alami.

Akhirnya sesi kedua dimulai setelah registrasi ulang. Pak Ageng dan Pak Yadi sudah mundur dari acara, dimulailah kafe ilmu. Haduh karena kurang pengalaman, masih agak gugup juga pas jadi fasilitator/moderator. Awalnya mau stick to schedule bahwa sesi kedua adalah pemetaan capaian dan baru berpindah ke 3 pertanyaan itu nantinya. Mikirnya sih karena untuk menjawab pertanyaan ketiga "bagaimana scale up dan transfer lesson learned" memang harus memetakan capaian masing2 stakeholder juga. Tapi untuk menghemat waktu dan karena peserta yang hadir belum mewakili masing2 stakeholder, ditekankan lagi oleh usulan Om Jam untuk fokusnya lebih ke menjawab pertanyaan.

Kafe ilmunya lumayanlah, semua berjalan. Saya juga agak keasyikan di grup sendiri jadi belum bisa jadi time keeper yang baik, mungkin lain kali sebagai moderator jangan jadi notulen di small group juga ya. Presentasi para ketua juga menarik, dan saya terkesan dengan cara Mas Riza bikin timeline dengan cepat, hehe. Arlian dan Pak Tajuddin punya ide hebat untuk transfer lesson learned, yang sudah dituliskan untuk diabadikan dalam bentuk PENS -Penpal Networks- (ide Arlian), dan SEND -Student Excellent Newsletter Distribution- (ide Pak Tajuddin tentang sekolah tukar buletin).

Sebagai penutup, saya minta bantuan Om Jam untuk merangkum semuanya menjadi Rencana Aksi Forum PRB Jabar, dan IOM sebagai pelaku utama Forum PRB Jabar untuk mengutarakan pengalamannya. Forum bisa diaktifkan kembali, dan Mas Riza bilang SDM bisa menyediakan tempat dan konsumsi untuk pertemuannya. (Kita catat lho, hehehe) Kembali ditekankan karena belum semua stakeholder hadir, jadi ini hanya menjadi masukan, bukan Rencana Aksi, sehingga saya simpulkan tiga agenda besar yang bisa menjadi usulan Forum PRB Jabar: dokumentasi praktek baik, sharing eksperience dengan mengaktifkan kembali forum, dan bergerak ke DPA dan DIPA karena tanpa anggaran pemerintah, dampaknya tidak akan luas.

Acarapun ditutup oleh Teh Aas, dan yay! Sebelum pulang kita ada coffee break lagi~ Mm, pai pisangnya mirip pai apel, enak deh.

Sesi foto bersama alhamdulillah lancar, sayang tidak dilakukan saat pak ageng dan pak yadi masih ada juga. Mungkin sesi foto bersama itu di awal dan di akhir ya?

Setelah itu ada sesi evaluasi, dimana saya belajar, bertanya ke Arlian itu kudu spesifik, he he. Kalau hanya ditanya pendapat secara luas masih belum terbayang mungkin, tapi begitu ditanya, "Apa kurang ya anak-anaknya?", Neng geulis lugas menjawab iya. Perlu disebutkan bahwa ketika sesi pertama, Arlian menggambar komik yang menggambarkan prosesnya membentuk GSB, Zero Waste Event, dan Kegiatan PRB, semuanya murni datang secara alamiah dari Arlian, jadi terasa autentisitasnya. Semoga lebih banyak anak bangsa yang bisa memiliki ruang untuk dengan murni menyuarakan pendapat dan pengalamannya ya.

Pulang, pulang, kami semua puas dengan pelayanan Park Hotel, karena masih hotel baru juga mungkin ya. Kami berlima naik taxi, dan alhamdulillah sampai selamat sejahtera di rumah kanayakan. Terima kasih untuk Iyen dan teh Iwang dan kang Sonny dan teh Aas yang masih lanjut membereskan absensi dan hasil presentasi dan notulensi. Semoga siginifikan dalam penyusunan direktori ke depannya ya.

semangat kekeluargaan_narasi Sonny

O7 Mei 2012….bergegaslah diriku menuju Hotel Park di Jln.PHH Mustafa No.47 Bandung…hari itu akan diadakan sebuah Workshop dengan tema: Penyusunan Direktori yang diadakan oleh KerLiP.
Acara tersebut secara pribadi sebagai seorang yang baru menjadi menyenangkan. Ada beberapa hal:
• Secara pribadi, baru bergabung bersama KerLip kurang lebih 1 minggu…tapi sudah mendapat satu kepercayaan menjadi “notulen”……itu satu pengalaman yang menyenangkan..
• Bekerja sama dengan orang-orang yang hebat seperti : Teh.As sebagai leader yang cepat dan tanggap, Teh.Iwang yang sabar, Fitri yang menjadi salah satu calon “new leader” Iyen yang dengan keceriaannya….menjadi satu team dalam waktu yang begitu singkat…
• Waktu yang singkat tidak serta merta membuat semua orang tersebut menjadi panik. Justru itu menjadi satu semangat, kenapa?? “passion” menurutku. Semua itu menjadi satu “power” yang luar biasa. Apalagi Ibu Yanti yang bukan hanya sebagai seorang “boss” biasa….tetapi juga merangkap sebagai ibu bagi kami semua.   tidak menyurutkan semangat untuk memberikan yang terbaik….lebih tepatnya kita menunjukkan kekuatan dari KerLip sebenarnya.
• Biarpun berbeda latar belakang umur ataupun yang lainnya…tapi disini KerLip sudah menjadi “family” for me…
• Kesuksesan sebuah acara menurku bisa menjadi pembelajaran bukan dari hasilnya saja. Tapi proses yang ada. Dan proses itu menjadi sebuah kekuatan yang mengejutkan. Lebih tepatnya sebagai seorang cowo sendiri merasakan “girl power” hehehehehehe
• Akhirnya…tetap semangat Kerlip

Sonny

Menjemput Rizki di Pagi Hari

Hizrah adalah alumni Arsitek ITB yang kami kenal sebagai staf manajemen UNDP pasca gempa Tasik 2009 lalu. Pertemanan kami menambah jejaring KerLiP. Mulai dari kontrbusi Hizrah sebagai lulusan pasca sarjana urban planning dalam penyusunan panduan terkait sekolah aman yang disupport oleh Oya Rocita, relawan lama KerLiP. Berlanjut ke Aldis, mahasiswa Arsitek UPI yang membantu penyusunan instrumen struktural dan penilaian capaian penerapan sekolah/madrasah aman dari bencana bersama kawan-kawannya. Melalui Aldis, kami terhubung kembali dengan Bu Lilis, dosen Arsitek UPI yang membantu kami menganalisa hasil penilaian struktural tersebut.

Kali ini, Hizrah menghubungkan kami dengan Nico, ahli yag terhubung dengan IDRC canada yang sedang mencari LSM yang bergerak di pendidikan. Alhamdulillah. Dalam pembicaraan panjang sampai jam 9.30, bahan-bahan terkait kampanye dan advokasi Penerapan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana kami sampaikan kepada Nico lengkap dnegan profil danFACT SHEET terkait. Sunggu membahagiakan bertemu dengan orang=orang yang memiliki visi yang sama untuk kepentingan terbaik anak=anak bangsa.

Mudah-mudahan sinergi ini dapat memperkuat GeMBIRA bersama KerLiP dengan evidence based research dalam konteks pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.

20 minutes wonderful weekend

Akhirnya Fitry bersedia jalan pagi mencari bahan masakan di Pasar Simpang. Kami berdua menyusuri pinggir jalan Dago sambil sesekali menertawakan diri sendiri. Sungguh berat memulai kebiasaan jalan di trotoar kota Bandung. "Andai saja hawanya sesejuk Bandung Utara dan trotoarnya serapi pinggir jalan HR Rasuna Said Jakarta, pasti tak ada yang seperti kita, memilih berjalan menyususuri batas aspal dengan trotoar.

Sudah lama sekali kami tidak menikmati sejuknya kota Bandung sambil menyusuri pedagang-pedagang sayur di Pasar Simpang. Alhamdulillah, tukang lotek di gerbang pasar masih saja menyediakan pelukan hangatnya saat melihat kami datang menghampiri. Sayang sekali, aku lupa membawa uang belanja. Jadi hanya membei bahan asakan untuk hari ini. Pulang ke rumah kami putuskan naik angkot dan mampir di ATM.

Teh Iim sudah sibuk di dapur, saat kami tiba. Kami pun menikmati lotek Simpang. Berdua. Nampaknya kali ini kegiatan rutin di hari Jum'at lebih dari 20 menit yang memukau. Tadi pagi ragam 20 menit yang memukau bersama Allisa dihabiskan dengan berpelukan erat. Kami setuju dengan keputusan Icha untuk tidak mandi pagi karena semalam kehujanan langsung mandi air hangat. Dia sekolah pagi. Sudah kuazamkan untuk membeli bahan keperluan Icha untuk membuat kue "good time" bersama kawan-kawannya.

Sambi menunggu tamu yang akan datang pagi ini, kuapa kawan-kawan lama di facebook dan membuka beberapa berita dan situs menarik. Aih ternyata ada 5 menit golden morning di runtofinish.com. Aku langsung mengajak Fitry untuk membuka situs tersebut. Kami jadi bersemangat untuk menyebarluaskan Ragam 20 Menit yang Memukau dalam situs benspirefamily.com dengan model penawara yang serupa. Kami sepakat untuk membuat 20 minutes wonderful weekend to beinspirefamily. Kami pun menganggap, Selly, yang datang konsultasi semalam akan bersemangat mengelola rubrik ini dalam situs yang dibuka Fitry.

Mari GeMBIRA bersama KerLiP

Minggu, 05 Mei 2013

Belajar bersama anak dan kawula muda selalu menakjubkan

, Hari Pendidikan Nasional tahun ini diisi dengan 2 kegiatan yang menarik. Pagi hari, menyimak dan menanggapi narasumber yang dihadirkan Platform Nasional Pengurangan Resiko Bencana. Eyang Sofyan dari Merci Corp menyampaikan tentang peran serta LSM, Pak Eka tentang dunia usaha dan Pak Adi tentang peran media massa. Secara khusus saya menyampaikan tentang peran penting media massa khususnya jurnalis-jurnalis yang dulunya ternyata para aktivis dalam menjalankan fungsi investigasi yang mengedepankan prinsip-prinsip hak asasi manusia. Pengalaman panjang tumbuh bersama KerLiP dalam menjalankan kampanye dan advokasi Pendidikan Untuk Semua sampai melakukan advokasi litigasi terkait gugatan Citizen Law Suit korban Ujian Nasional 2006 dan kini penerapan sekolah/madrasah aman dari bencana sangat terbantu dengan berita-berita cerdas dan mencerdaskan yang disajikan para jurnalis dalam media massa. Menurut narasumber, sampai saat ini Majalah Tempo yang masih setia melakukan investigasi. Ada banyak prasyarat untuk tetap kukuh menjalankan fungsi tersebut. Obrolan menarik dengan Victor dari DRP Indonesia, Wahyu ECB, Eyang, Umam dkk dari LSM tentang persiapan penguatan pelembagaan Forum PRB Jabar menjadi catatan tersendiri. Saya masih cenderung pada usulan Wahyu terkait penguatan pelembagaan Konsorsium PRB bahkan sampai tingkat nasional sebagai watch dog dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Namun masukan dari eyang terkait keberlanjutan program cukup menggoda untuk memperkuat pelembagaan Forum Komunikasi Penanggulangan Bencana Jabar yang melibatkan OPD terkait dan perwakilan masyarakat serta mitra pembangunan internasional pasca gempa Tasik 2009. Obrolan ini akan menjadi bahan kegiatan tanggal 7 Mei yad.

Saya tiba di hotel Cemara memenuhi undangan Childfund yang menyelenggarakan DRR youth Facilitator workshop "Lesson learn from good practices". Ada Inka Prili dan kawan-kawan bersama pendamping mereka dari pokja GSB Lampung Timur mereka menyampaikan kemajuan yang menggembirakan mengenai hasil advokasi infrastruktur jalan dan listrik di desa Sinar menanga. Pentingnya kaderisasi mengemuka setelah Tanti-DM Chlid Fund menyampaikan sekilas isi 3 buku hasil praktik baik anak-anak dan kawula muda dari 8 Provinsi dampingan Childfund. Ternyata ada 60 anak muda yang hebat-hebat yang sudah menjalankan upaya PRB di forum anak, dan roadshow ke sekolah-sekolah terdekat. ke-60 anak tersebut kemudian dijangkau Fitry dari Green Smile Inc. untuk mengisi formulir Duta Anak untuk Skeolah/Madrasah Aman dari bencana. Fitry juga mendapatkan foto-foto kegiatan mereka dari Child Fund. Alhamdulillah salah satu anak diminta Pak Sugeng dari BNPB untuk hadir dalam kegiatan Global Platform for Disaster Risk Reduction di Swiss pada tanggal 17-24 Mei yad.

Beberapa foto kegiatan mereka bersama Child Fund
,

Kembali menghadirkan anak dalam Diskusi Publik Penyusunan Monev Penanggulangan Bencana

Arlian sudah menunggu di lobby hotel bersama ayahnya saat saya tiba di Savoy Homan. Hari ini, saya bersama Arlian dan 20 rekan pegiat penanggulangan bencana di Jabar mengikuti undangan UPMP BNPB untuk memberikan masukan dan saran terhadap monitoring dan evaluasi penanggulangan bencana di Indonesia khususnya di Jawa Barat. Sebuah kehormatan bagi saya dapat merekomendasikan anak, kawula muda, guru, aktivis, dosen, peneliti dan perwakilan lembaga masyarakat termasuk forum PRB yang ada di Jawa Barat. Arlian direkomendasikan oleh Ibu Nia, guru pembimbing KIR dan Gerakan Siswa Bersatu di SMPN 11 Bandung untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Acara dimulai dengan perkenalan mengenai Unsur Pengarah Masyarakat Profesional BNPB sambil menunggu sahabat-sahabat dari Kabupaten Bandung. Ada 5 UPMP BNPB yang hadir bersama 2 staf khususnya. Tidak ada seorang perempuan pun yang menjadi anggota UPMP. Penjelasan yang gamblang lengkap dengan praktik-praktik baik yang bersesuaian memberikan pemahaman yang utuh mengenai UPMP BNPB dan tujuan dari kegiatan hari ini. Moderator yang juga salah seorang anggota UPMP mempersilakan kami untuk memperkenalkan diri. Seperti biasa, tiba giliran saya untuk memperkenalkan diri, agak rikuh karena kegiatan KerLiP dalam mendorong pemenuhan hak hidup bermartabat termasuk hak atas pendidikan dan perlindungan anak-anak bersifat multi sektor. Kepada sahabat-sahabat yang hadir saya sampaikan bahwa ciri khas KerLiP adalah selalu mengedepankan keempat prinsip hak anak, non diskriminasi, kepentingan terbaik anak selalu menjadi pertimbangan utama, hak anak atas kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya dan hak anak untuk didengar suaranya dan ditanggapi dengan sungguh-sungguh. Kapanpun dalam kegiatan apapun, kami berkomitmen untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif agar anak-anak dapat berpartisipasi dengan mengedepankan keemapat prinsip tersebut.

Ini yang kesekian kalinya menghadirkan Arlian sebagai perwakilan Gerakan Siswa Bersatu Menuju Sekolah Aman di SMPN 11 Bandung untuk menyampaikan sendiri pendapatnya mengenai topik yang sedang dibahas. Beningnya suara Arlian dibalut dengan kecerdasan dan kesantunannya berbicara selalu memukau saya juga semua yang hadir. Arlian menyampaikan tentang pentingnya monitoring dan evaluasi tentang pengurangan resiko bencana di pendidikan. Menurut Arlian, melalui upaya-upaya pengurangan resiko bencana sejak dini di pendidikan akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan tindakan menyelamatkan diri apabila terjadi bencana. Anak-anak juga dapat menjadi 'agent of change' dalam upaya penanggulangan bencana berbasis keluarga, sekolah dan komunitas. Arlian menuturkan tentang penggunaan wayang kardus sebagai media pendidikan alternatif untuk penanganan psikososial anak pada masa tanggap darurat.

Bukan hanya applause yang diterima Arlian, juga tanggapan sungguh-sungguh dari semua hadirin terutama UPMP BNPB. Bahkan secara khusus Mas Yono, unsur BNPB yang terlihat paling muda menyampaikan berbagai inspirasi dalam obrolan makan siang. Model kocokan arisan saat menentukan siapa yang menjadi korban dalam simulasi reguler di sekolah menjadi hal menarik untuk dibahas lebih jauh. Obrolan Pendidikan Ramah Anak (OPERA) informal pun kembali hadir menginspirasi saya untuk mengembangkan model-model YES at School yang dirintis Green Smile Inc. Pagi harinya, Bu Nia menyampaikan tentang OPERA 2 jam bersama Arlian untuk mempersiapkan kegiatan yang akan diajukan dalam Kidspreuneur Permata.

Terimakasih Arlian, Bu Nia, UPMP BNPB, dan sahabat-sahabat pegiat PRB di Jabar. Kita bertemu lagi tanggal 7 Mei untuk pemetaan capaian sekolah/madrasah aman dari bencana di Jawa Barat dalam upaya penguatan pelembagaan Forum PRB di Jabar.